Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hubungan Mesra Petani Sawit dan Lingkungan

Hubungan Mesra Petani Sawit dan Lingkungan Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit usai dipanen di Tebo Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit dan turunannya pada Juli 2020 meningkat 15 persen atau mengalami kenaikan sebesar 244 juta dolar AS, menjadi 1,86 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum DPP APKASINDO, Gulat Manurung mengatakan bahwa setiap hari, petani sawit sangat akrab dengan aspek lingkungan.

“Setiap hari kami menari dan bernyayi sambil bersiul-siul dengan alam lingkungan. Kami sangat mesra dengan lingkungan,” ujar Gulat.

Baca Juga: Dikatakan Cerdas Jika Pilih Minyak Sawit dengan Tegas

Sebagaimana hasil penelitian Universitas Riau yang bekerjasama dengan APKASINDO (2021), terdapat empat indikator hubungan antara petani sawit dengan praktik berkelanjutan (sustainability) yakni dimensi sosial, ekonomi, ekologi, dan hukum tatakelola kehutanan. Menurut Gulat, sejatinya, semua sudah memenuhi kriteria sustainable kecuali dimensi hukum tatakelola kehutanan.

“Memang faktanya petani sawit masih banyak diindikasikan sawitnya dalam kawasan hutan atau sebaliknya. Itukan hanya rangkaian huruf ‘kawasan’ buatan manusia, tapi aslinya sawit itu sangat mesra dengan lingkungan. Namun semua itu sudah diakomodir melalui UU Cipta Kerja dan sedang berproses. Setidaknya, pemerintah terutama Kementerian LHK sudah move on memperbaiki tata kelola kehutanan sesuai kondisi existing,” ujar Gulat.

Sementara itu, dikatakan Gulat, petani jelas terus berjuang menjaga sawit Indonesia untuk selalu mesra dengan lingkungan. Baik melalui devisa dan sumbangan oksigen untuk dunia dan keberlangsungan ekonomi bangsa.

“Memang dengan segala keterbatasan kami sebagai petani Sawit. Tapi semua terpesona. Semua anak bangsa ini berperan dan mengambil manfaat dari lingkaran industri sawit, tidak peduli kaya, miskin, suku, tua muda dan apapun itu. Semua berperan dan mengambil manfaat untuk hidup, berdampingan dan kesejahteraan,” ungkap Gulat.

Lebih lanjut ditegaskan Gulat, sebagai masyaraka Indonesia harus bangga dengan sawit yang telah menyelamatkan hutan dunia. Perkebunan sawit dapat memenuhi kebutuhan 53 juta ton CPO dari 16,3 juta hektar kebun sawit Indonesia untuk dunia.

“Coba bayangkan tanpa minyak sawit, maka 10 kali lipat hutan akan digunakan menanam tanaman penghasil minyak nabati lainnya.  Sawit itu menanam dan memanen (reversible). Inilah cara petani sawit dalam mensyukuri nikmat dari Tuhan. Dengan tujuan menjaga aspek lingkungan, dikatakan Gulat, petani sawit sangat mendukung NGO dalam aspek menjaga lingkungan tersebut. “Namun perlu ditanya, untuk siapa mereka menjaga?” tanya Gulat.

Menurutnya, NGO dalam menyuarakan tranparansi juga berlaku untuk dirinya sendiri. Kebohongan yang selalu diulang-ulang, jika terus berulang bisa berubah jadi kebenaran. Untuk itu, petani sawit adalah kelompok yang tidak mau dibohongi.

“Kami Petani sangat transparan dalam segala hal. Bahkan untuk sesuatu yang berat dilakukan dalam regulasi. Terpaksa kami katakan siap, itu semua untuk sawit indonesia dan menjaga lingkungan,” pungkas Gulat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: