Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRGM Targetkan Sumut dalam Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Menjadi Tambak

BRGM Targetkan Sumut dalam Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Menjadi Tambak Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
Warta Ekonomi, Medan -

Ekosistem Mangrove di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan-perubahan, termasuk perubahan tata ruang dan peruntukan mangrove itu sendiri. Perubahan yang dimaksud adalah pemanfaatan ekosistem mangrove menjadi tambak. Salah satu provinsi targetnya adalah Sumatera Utara. 

Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Ayu Dewi Utari, mengatakan tambak tidak dapat dipungkiri memang menguntungkan secara ekonomi. Akan tetapi, pengelolaannya perlu memperhatikan kelestarian ekosistem mangrove. Bahkan manfaat ekonomi secara jangka panjang tergantung pada keutuhan mangrove di sekelilingnya. Sehingga mangrove yang rusak perlu direhabilitasi. Baca Juga: DJP Sumut Gelar Webinar dalam Mendukung Bisnis UMKM

"Kelestarian mangrove penting dijaga karena secara ekologi mangrove dapat menahan lajunya abrasi dan benteng dari hantaman ombak. Rusaknya ekosistem mangrove juga akan merugikan masyarakat secara ekonomi karena fungsinya sebagai tempat pemijahan biota laut seperti udang dan kepiting hilang," katanya pada kegiatan Sosialisasi Percepatan Rehabilitasi Mangrove Provinsi Sumatera Utara secara virtual, Rabu (14/7/2021).  Baca Juga: Dahlan Iskan Dibuat Terkagum-kagum, Pemuda Ini Bisa Ciptakan Mesin untuk Pengolahan Rumput Laut!

Luasan areal mangrove rusak kritis di Sumatera Utara dan menjadi target indikatif rehabilitasi mangrove BRGM sampai tahun 2024 sekitar 37.000 hektare.  

"Sedangkan target tahun 2021 adalah seluas 11.600 hektare, sekitar 5.000 hektare akan dilaksanakan BRGM bersama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Wampu Sei Ular. Sisanya akan dilaksanakan bersama BPDASHL Asahan Barumun," ujarnya.

Kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan BRGM di tingkat tapak akan dilakukan oleh masyarakat melalui penanaman bibit mangrove, termasuk pada areal tambak. Kegiatan di areal tambak, banyak mengalami penolakan dari pemiliknya. 

“Penolakan ini dikarenakan adanya pemahaman dan ketakutan pemilik tambak akan terjadinya perubahan fungsi kawasan menjadi kawasan hutan atau tanah negara setelah dilakukan rehabilitasi,” ujarnya.

Pemahaman ini kurang tepat, karena kegiatan penanaman bibit mangrove ini areal tambak, selain dapat mengembalikan fungsi ekologi mangrove juga meningkatkan produktivitas tambak yang lebih ramah lingkungan. 

"Hal ini dikarenakan, pola tanam yang ditawarkan BRGM cukup beragam, yaitu tanam murni pada areal rusak total, silvofishery, pengkayaan dan rumpun berjarak. Pola tanam yang akan digunakan berdasarkan kondisi mangrove di tingkat tapak," katanya. 

Pelaksanaan rehabilitasi mangrove di tingkat tapak di Sumatera Utara juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk didalamnya pemerintah daerah, unit pelaksana teknis, dinas, lembaga swadaya masyarakat, universitas dan masyarakat. 

“Ayo kita sukseskan rehabilitas mangrove di Sumatera Utara,” ajaknya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: