Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raja Branding: Jika Produk Tak Mampu Terjual, Maka Biarkan Branding yang Bekerja

Raja Branding: Jika Produk Tak Mampu Terjual, Maka Biarkan Branding yang Bekerja Subiakto Priosoedarsono. | Kredit Foto: Twitter/Sumbo Tinarbuko

Subiakto bercerita saat Mayora hendak go public, ia membuat branding 'Satu lagi dari Mayora'. Itu dilakukan karena tidak ada dana untuk membangun corporate brand. Karena itulah ditempelkan produk yang terkenal dari Mayora seperti Kopiko, Biskuit Roma, dan lain-lain ke dalam brand tersebut.

"Biarkan produk yang berbicara dari corporate brand," ujar Subiakto.

Lebih lanjut, Subiakto mengungkap untuk UMKM maka lebih baik bangunlah personal branding. Ini karena UMKM lebih lincah dan gesit karena kecil, serta bisa gonta-ganti produk. Terkait personal branding ini, Subiakto mengungkap bahwa setiap nama berhak menjadi brand.

"Kalau Anda memiliki nama, maka Anda bisa menjadi brand," ujarnya.

Membangun personal branding harus didasarkan pada apa yang akan kita tinggalkan jika sudah tidak ada di dunia. Karena itu, sebisa mungkin membangun legacy. Setelahnya, carilah kompetensi apa yang kita miliki untuk dapat diakui sebagai prestasi.

Membangun personal branding juga harus dari inventory seperti buku, film, karya, logo, tagline dan lain-lain sehingga membangun persepsi. Yang penting adalah menentukan inventory yang cocok. Subiakto mengungkap bahwa otak manusia hanya mampu mengenali 7 brand di otaknya. Adapun tiga di antaranya adalah The Top of Mind.

Subiakto juga mengakui bahwa personal branding adalah persepsi seseorang oleh seseorang. Jika diurutkan maka menjadi persepsi, ekspektasi, reaksi dan yang terakhir adalah aksi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: