Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Indonesia, Tungkot Sipayung, mengatakan, keberadaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di sejumlah provinsi di Indonesia dapat melahirkan pusat pertumbuhan ekonomi baru, yang menjadikan komoditas andalan tersebut sebagai basis penopang ekonomi utama daerah.
Data PASPI Indonesia menunjukkan, terdapat 10 provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru seiring berkembangnya industri sawit di daerah tersebut. Ke-10 provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat.
Baca Juga: Dilema Moratorium Sawit: Kalau Efektif, Lanjutkan...
Dari luas lahan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia, sekitar 3,38 persen atau 553.952 hektare terdapat di bagian timur Indonesia yang meliputi Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. Adapun untuk Papua, luas lahan kelapa sawit terdapat sekitar 58.656 hektare dan Papua Barat 110.496 hektare. Dikatakan Tungkot, potensi pengembangan kelapa sawit di Indonesia bagian timur harus dikembangkan untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut serta menimbulkan multiplier effect.
Lebih lanjut, Tungkot mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit akan mampu merestorasi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Papua. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020, persentase jumlah penduduk miskin Papua dan Papua Barat, masing-masing 26,8 persen dan 21,7 persen. “Jumlah tenaga kerja langsung dan tak langsung perkebunan sawit di Papua terus meningkat. Saat ini, jumlahnya mencapai 250.000 tenaga kerja,” kata Tungkot.
Menurut dia, pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) di beberapa daerah, yang merupakan sentra sawit, termasuk Papua. Begitupun dengan para petani sawit. Dalam laporan PASPI (2017) disebutkan bahwa pendapatan petani kelapa sawit relatif stabil bahkan cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya umur kebun sawit dan relatif terjamin hingga masa peremajaan (replanting).
Sementara itu, Ketua DPW APKASINDO Provinsi Papua, Albert Yoku, mengatakan sawit menjadi penyelamat ekonomi petani di Papua. Albert juga menjelaskan, para petani sawit di Papua akan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
“Jika tidak ada kebun sawit, entah bagaimana jadinya kami,” kata Albert. Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Apkasindo Provinsi Papua Barat, Dorteus Paiki. “Kedatangan sawit membawa kesejahteraan masyarakat dan petani setempat. Melalui sawit, mereka bisa punya rumah tembok permanen, punya sepeda motor dan bahkan mobil, serta anak-anak bisa bersekolah,” kata Dorteus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: