Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bio Farma Sebut Tantangan Distribusi Vaksin Moderna dan Pfizer Lebih Berat dari Sinovac

Bio Farma Sebut Tantangan Distribusi Vaksin Moderna dan Pfizer Lebih Berat dari Sinovac Kredit Foto: Kemkominfo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto mengungkapkan, proses distribusi vaksin Covid-19 merek Moderna dan Pfizer lebih berat dibanding vaksin yang telah ada sebelumnya di Indonesia, seperti vaksin Sinovac.

Pasalnya, Moderna dan Pfizer membutuhkan rantai dingin dengan suhu yang cukup ekstrem bila dibandingkan jenis vaksin lainnya.

Baca Juga: Dikejar Waktu, Bio Farma Ungkap Pengolahan Vaksin Butuh Satu Bulan

"Moderna itu [kebutuhan rantai dinginnya] minus 20 [derajat]. Kemarin baru saja datang juga vaksin Pfizer, itu harus disimpan pada suhu minus 70 [derajat]. Itu betul-betul tantangan dalam mendistribusikan," kata Bambang dalam dialog virtual KPCPEN, Selasa (24/8/2021).

Kondisi tersebut jauh berbeda bila dibandingkan kebutuhan rantai dingin vaksin Sinovac. Menurut Bambang, vaksin Sinovac cukup disimpan dalam suhu ruang penyimpanan 2 sampai 8 derajat. Terlebih, Indonesia telah cukup lama mendistribusikan vaksin Sinovac sehingga telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan proses distribusi.

Sementara, Moderna dan Pfizer belum lama datang ke Indonesia. Padahal, suhu ruang penyimpanan harus dipastikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk menjaga kualitas vaksin. Oleh karena itu, kebutuhan rantai dingin menjadi tantangan yang terberat dalam mendistribusikan vaksin, terutama ke tiap daerah.

"Kita harus mendistribusikan dalam suatu rantai dingin yang dimulai dari kita ambil impor dari luar sampai ke Bio Farma, dari sisi produksi, hingga kemudian dikeluarkan distribusi. Itu harus dijaga suhunya sehingga kualitas dari vaksin tetap terjaga," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: