Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komandan Veteran Afghanistan Segera Berunding dengan Taliban, Ini Isu Pokoknya

Komandan Veteran Afghanistan Segera Berunding dengan Taliban, Ini Isu Pokoknya Kredit Foto: AP Photo/Gulabuddin Amiri
Warta Ekonomi, Kabul -

Sekelompok pemimpin veteran Afghanistan, termasuk dua komandan regional, sedang mengupayakan pembicaraan dengan Taliban. Mereka kemudian berencana untuk bertemu dalam beberapa minggu untuk membentuk front baru untuk mengadakan negosiasi tentang pemerintah negara berikutnya.

Khalid Noor, putra Atta Mohammad Noor, gubernur yang pernah berkuasa di provinsi Balkh Afghanistan utara, mengatakan kelompok itu terdiri dari pemimpin veteran etnis Uzbekistan Abdul Rashid Dostum dan lainnya yang menentang pengambilalihan Taliban.

Baca Juga: Di Tangannya, Taliban Kini Memiliki Persenjataan Super Canggih Senilai US$85 Miliar

“Kami lebih suka bernegosiasi secara kolektif, karena masalah Afghanistan tidak akan diselesaikan hanya oleh salah satu dari kami,” kata Noor, 27, dalam sebuah wawancara dari lokasi yang dirahasiakan.

“Jadi, penting bagi seluruh komunitas politik negara untuk terlibat, terutama para pemimpin adat, mereka yang berkuasa, dengan dukungan publik,” tambah Noor, dikutip laman Reuters, Senin (30/8/2021).

Atta Noor dan Dostum, veteran 40 tahun konflik di Afghanistan, keduanya melarikan diri dari negara itu ketika kota utara Mazar-i Sharif jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan.

Pemerintah dan militer yang didukung AS gulung tikar di tempat lain ketika Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus.

2021-08-29T061759Z_85256027_RC2UEP9F0TF9_RTRMADP_3_AFGHANISTAN-CONFLICT-POLITICS.jpg?w=770&resize=770%2C534

Sangat, sangat arogan

Namun demikian, diskusi di belakang adalah tanda orang kuat tradisional negara itu hidup kembali setelah kampanye militer Taliban yang menakjubkan.

Akan menjadi tantangan bagi entitas mana pun untuk memerintah Afghanistan dalam waktu lama tanpa konsensus antara tambal sulam etnis di negara itu, kata sebagian besar analis.

Tidak seperti periode kekuasaan mereka sebelumnya sebelum 2001, Taliban yang didominasi Pashtun memang mencari dukungan dari Tajik, Uzbekistan, dan minoritas lainnya saat mereka mempersiapkan serangan mereka bulan lalu.

“Taliban pada saat ini sangat, sangat arogan karena mereka baru saja menang secara militer. Tetapi apa yang kami asumsikan adalah bahwa mereka tahu risiko memerintah seperti yang mereka lakukan sebelumnya,” kata Noor, merujuk pada pengecualian rezim Taliban sebelumnya terhadap kelompok etnis minoritas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: