Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuku China Menancap di Afghanistan, Digenjotnya Investasi hingga Uang Perdamaian

Kuku China Menancap di Afghanistan, Digenjotnya Investasi hingga Uang Perdamaian Kredit Foto: AP Photo/Xinhua/Li Ran

Memperluas 'Belt and Road Initiative'

The Belt and Road Initiative (BRI) adalah proyek ambisius yang dilakukan China untuk membangun infrastruktur yang menghubungkan China dengan berbagai kawasan di Asia dan Pasifik.

Dan ini bisa menjadi alternatif bagi keterlibatan China di Afghanistan.

Salah satu proyek utama BRI adalah pembangunan Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) yang saat ini pembangunannya sedang dilakukan di perbatasan Pakistan dan Afghanistan.

Professor Gu mengatakan sudah ada rencana untuk memperluas CPEC ke Afghanistan.

"China melihat perluasan CPEC ke arah Barat dan ke Afghanistan sebagai cara terbaik untuk mengintegrasikan negeri itu ke dalam bingkai besar BRI," katanya.

Rafaello Pantucci mengatakan tujuan utama pembangunan infrastruktur CPEC adalah membantu komunitas di perbatasan Afghanistan-Pakistan untuk berkembang.

Namun rencana untuk membangun lebih lanjut, termasuk ke Afghanistan, mendapat banyak penentangan 'terutama dari Pakistan', katanya.

"Pakistan khawatir bahwa ini akan mengalihkan investasi China dari Pakistan."

'Uang suka perdamaian, bukan perang'

Data dari Kementerian Perdagangan China menunjukkan bahwa kontrak yang baru ditandatangani di tahun 2020 oleh perusahaan China di Afghanistan bernilai sekitar Rp1,5 triliun, tapi hampir semua proyek ini belum dimulai.

"Keamanan di negara sasaran adalah faktor yang penting bagi investasi China di luar negeri," kata Professor Fan Hongda, pakar masalah Timur Tengah di  Shanghai International Studies University.

"Gagal tercapainya situasi stabil di bawah pemerintahan dukungan AS sebelumnya merupakan alasan yang mendasar bagi terbatasnya investasi China di sana."

Setelah mantan wakil presiden Amrullah Saleh mengatakan dia sudah bergabung dengan kelompok perlawanan untuk memerangi rezim yang baru, stabilitas di Afghanistan tampaknya tidak akan tercapai dalam waktu dekat.

"Kecil kemungkinan akan banyak investasi di Afghanistan sampai ada kejelasan mengenai siapa yang berkuasa, bagaimana kekuasaan mereka di negeri itu, dan peluang bagi kembalinya investasi yang ditanamkan," kata Dr Shanahan. 

Rafaello Pantucci mengatakan diperlukan banyak kemajuan di Afghanistan sebelum adanya investasi besar-besaran dari China.

"Meski perusahaan China lebih berani mengambil risiko dibandingkan yang lain, Afghanistan bukan negara yang mudah," katanya.

"Sudah ada bukti tewasnya warga China yang sedang mengerjakan proyek di sana.'

Dalam kesimpulannya, Professor Gu mengatakan "tidak ada investor yang akan menanamkan uang mereka di negara yang dilanda perang antara kekuatan asing dan persaingan internal."

"Uang suka perdamaian, bukan perang."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: