Menanti Taliban 2.0, Kesempatan Memerintah Afghanistan demi Perdamaian dan Stabilitas
Kredit Foto: AP Photo/Mohammad Asif Khan
Menguji Taliban
Politikus itu mendesak masyarakat internasional menguji Taliban daripada menolak mereka mentah-mentah.
Menurut Wazin, sikap Taliban kini lebih terbuka terhadap fotografi, video, dan media massa. Mereka kini bisa menyerap kritik.
Taliban juga berupaya menunjukkan sikap liberal terhadap perempuan Afghanistan, Taliban sudah berjanji mengizinkan mereka bekerja, memperoleh pendidikan, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Setidaknya dalam beberapa hari terakhir, mereka telah mencoba menunjukkan pendekatan baru ini melalui tindakan daripada sekadar kata-kata.
"Taliban tidak bisa dinilai hanya dari tindakan mereka dalam dua dekade terakhir," kata Wazin merujuk pada perlawanan mereka terhadap Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya ketika pemerintah mereka digulingkan di Afghanistan pada November 2001.
Setelah konflik yang berlarut-larut selama empat dekade, dimulai dari invasi Uni Soviet pada 1979, Afghanistan kini memiliki peluang yang adil untuk menuju ke arah yang benar dan stabil.
Namun, dia juga memperingatkan bahwa jika kepemimpinan Taliban, para pemimpin organisasi politik dan jihad, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi, tidak mengakui tanggung jawab mereka untuk Afghanistan, dia yakin Afghanistan akan berakhir tanpa tujuan yang jelas.
Politikus senior itu kemudian menyalahkan kegagalan pemerintah Afghanistan pimpinan Presiden Ashraf Ghani, yang memungkinkan Taliban dengan cepat mengambil alih ibu kota provinsi satu per satu, mengejutkan seluruh dunia.
Dia mengecam pemerintah Ghani karena tidak menganggap serius perundingan damai intra-Afghanistan.
"Ghani berusaha untuk menunda pembicaraan dengan Taliban dengan menekan AS untuk mendukung pemerintahannya, yang akhirnya gagal," imbuh Wazin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: