PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menilai transaksi hybrid bakal menjadi tren transaksi perbankan di masa depan dalam memenuhi kebutuhan nasabah dan masyarakat. Transaksi hybrid merupakan transaksi gabungan antara transaksi digital dan fisik.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, digital transaction memang tengah booming di industri perbankan. Namun dia menyakini, mustahil untuk perbankan menerapkan semua transaksinya secara digital.
Jahja menceritakan, ketika pandemi Covid-19 terjadi di tahun 2020 lalu, industri perbankan juga merasakan dampaknya seperti seretnya penyaluran kredit. Baca Juga: Dukung Perkembangan E-Sport, Begini yang Dilakukan BCA
Menurutnya, saat masuk masa pandemi, penyaluran Kredit Perumahan Rakyat (KPR) BCA yang biasanya Rp2 triliun per bulan turun menjadi Rp800 miliar sampai Rp1 triliun per bulannya.
"Kemudian apa yang kita lakukan? kita buat pameran virtual, nah disitu ternyata meningkat terus sampai akhir tahun sudah Rp1,8 triliun. Awal tahun ini kita bahkan sudah bisa jual KPR Rp3 triliun per bulan melebihi masa sebelum pandemi dan bukan dengan event offline," ujar Jahja dalam webinar Warta Ekonomi bertajuk Collaboratin Digital Banking & Insurance – Synergizing To Survive During & Covid 19 di Jakarta, baru-baru ini.
Lalu apakah pameran virtual ini murni dilakukan secar digital? Jahja bilang tidak juga. Inilah yang dia bilang hybrid transaction terjadi dimana dalam pameran virtual tersebut transaksi yang besar-besar tetap diperlukan transaksi secara fisik dan bantuan SDM BCA. Baca Juga: BCA Pertahankan Kinerja Solid Di Tengah Ketidakpastian
"Untuk small transaction yes, untuk big transaction imposible full digitalize pasti ada intervensi manusia. hanya 30% di event kita yang transaksinya bisa end to end, 70% dibantu oleh para orang bca," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: