Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Targetkan Dekarbonisasi pada 2060, IESR: Kalau Bisa Dekarbonisasi Dipercepat 2050

Pemerintah Targetkan Dekarbonisasi pada 2060, IESR: Kalau Bisa Dekarbonisasi Dipercepat 2050 Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) mengungkapkan dalam kurun waktu empat tahun sebelumnya topik energi baru terbarukan (EBT) masih dianggap tabu untuk diterapkan dalam kebijakan EBT. Sehingga hal tersebut mengakibatkan sulitnya mengubah energi kotor dari bahan bakar fosil menjadi energi bersih dari EBT.

Di sisi lain, dalam skala besar pembangunan PLTU batubara hingga menghentikannya menjadi tantangan terbesar dalam kebijakan energi di Indonesia. Hal tersebut juga masih didukung keberadaan batubara yang masih dianggap sebagai komoditas energi utama dan menghasilkan ketergantungan bahan bakar fosil.

Baca Juga: Butuh Energi untuk Aktivitas Seharian? 3 Bahan Makanan Ini Cocok untuk Anda

“Komunitas global harus meningkatkan ambisi mereka dan upaya mereka untuk menghindari kenaikan suhu di atas 1,5 derajad celcius. Supaya bisa melakukan itu, kita harus bisa mengurangi tingkat emisi 45 persen dari 2030 hingga nett zero emisi pada 2050,” ujarnya dalam Sesi Pertama Indonesia Energy Transition Dialogue dengan tema Kenapa Indonesia Perlu Mencapai Target Dekarbonisasi pada 2050, Senin (20/9/2021).

Fabby menyambut secara positif kebijakan Presiden Joko Widodo dalam menetapkan dekarbonisasi pada 2060 dengan memerintahkan pelarangan pembangunan PLTU batubara, penghapusan armada batubara secara bertahap, dengan menggabungkan EBT dalam rangka mempercepat penyebaran penggunaan EBT.

Meski begitu, lanjut Fabby, upaya dekarbonisasi harus segera dimulai yang memiliki ketergantungan pada sektor listrik agar selaras dengan tujuan Perjanjian Paris. Pada 2030 setidaknya sebanyak lebih 2/3 pembangkit listrik harus bisa dipasok melalui penggunaan EBT dengan tingkat penyebaran EBT yang dinaikan sebanyak 7-8 kali.

Hal tersebut juga terlihat dalam tren bisnis global yang menetapkan target pengurangan emisi karbon dengan penggunaan EBT di negara tempat berinvestasi. Teknologi EBT khususnya energi surya dan energi angin, termasuk teknologi penyimpanan terus muncul di tengah persaingan dengan bahan bakar fosil.

“Dekarbonisasi distribusi sumber daya energi dan digitalisasi menjadi kekuatan yang mengganggu sistem energi konvensional sebagai mana tren secara global ini tinggal menunggu waktu saja sampai gelombang transisi energi melanda Indonesia,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: