Kisah Wonder Woman-nya Afghanistan, Ngotot Kerja, Sekolah, dan Demo untuk Lawan Taliban
Mata pelajaran favoritnya adalah biologi, tapi dia mengaku tidak bisa membiarkan dirinya tenggelam dalam mimpi menjadi seorang dokter gigi.
Namun, perlawanan Sanam dalam menghadapi berbagai tantangan terhadap masa depannya itu telah memunculkan luka tersendiri. Suara Sanam goyah saat dia mulai menangis. Ia berbicara tentang Taliban dan mengatakan bahwa merekalah penyebab impiannya hilang.
"Taliban adalah alasan kondisi saya saat ini. Semangat saya hilang, impian saya terkubur," ujar Bahnia dengan suara sendu.
Sementara itu, serangan lanjutan Taliban terhadap wanita terlihat di seluruh kota Kabul. Dalam beberapa kasus, para militan itu telah memerintahkan perempuan untuk meninggalkan tempat kerja mereka. Kemudian, ketika sekelompok perempuan memprotes pengumuman pemerintah yang semuanya laki-laki di Kabul, pejuang Taliban memukuli mereka dengan cambuk dan tongkat.
Di jalan-jalan lingkungan Khair Khana, di barat laut Kabul, konsekuensi dari protes perempuan tetap ada. Di hampir setiap salon kecantikan, gambar wajah wanita telah dirusak. Beberapa dengan cepat dicat hitam, yang lain dikapur sepenuhnya.
Di dalam salah satu salon, para wanita terlalu takut untuk menyebutkan nama mereka. Mereka mengatakan bahwa Taliban mengusir para pengunjuk rasa, sebelum menyuruh mereka menghapus gambar wanita, mengenakan burqa, dan tinggal di rumah.
Namun, meskipun ada peluang yang luar biasa, para aktivis perempuan Kabul terus berorganisasi dan berdemonstrasi.
Kamis (28/9/2021) lalu, segelintir pengunjuk rasa perempuan baru saja berhadapan dengan satu unit pasukan Taliban. Tepat ketika para wanita itu mengangkat spanduk yang menyatakan, 'Pendidikan adalah identitas manusia', 'Jangan bakar buku kami', dan 'Jangan tutup sekolah kami,' truk-truk pickup militer dikerahkan untuk menyudutkan para pemrotes.
Para pejuang Taliban dengan cepat merobek slogan-slogan dari tangan mereka. Setelahnya, terdengar senapan mesin yang membuat ledakan peringatan, membuat warga dan jurnalis ketakutan dan berlarian.
Kepala badan intelijen Taliban di Kabul, Mawlavi Nasratullah, mengatakan bahwa para wanita itu tidak memiliki izin untuk memprotes.
Ketika ditanya oleh CNN's Clarissa Ward mengapa sekelompok kecil perempuan yang meminta hak mereka untuk dididik mengancamnya begitu banyak, Nasratullah menjawab, "Saya menghormati perempuan, saya menghormati hak-hak perempuan. Jika saya tidak mendukung hak-hak perempuan, Anda tidak akan berdiri di sini."
Tetapi kekerasan yang berulang pada protes lain menceritakan kisah yang berbeda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: