Kisah Wonder Woman-nya Afghanistan, Ngotot Kerja, Sekolah, dan Demo untuk Lawan Taliban
"Ketika Anda meninggalkan rumah Anda untuk berjuang, Anda mempertimbangkan segalanya," kata pemimpin protes Sahar Sahil Nabizada, menambahkan bahwa dia telah diancam berulang kali tetapi menolak untuk meninggalkan negara itu atau berhenti berorganisasi.
"Mungkin saya akan mati atau terluka, dan mungkin juga saya pulang hidup-hidup. Namun, jika saya, atau dua atau tiga wanita lain meninggal atau terluka, pada dasarnya kami menerima risiko untuk membuka jalan bagi generasi ke depan, setidaknya mereka akan bangga dengan kita," tambahnya.
Kata para aktivis, sebagian besar aksi pembangkangan harian yang terjadi belakangan berskala lebih kecil dan kurang publikasi. Namun, menurut mereka, gerakan-gerakan para wanita itu sama pentingnya.
Kini, semakin banyak pula wanita yang berani kembali ke ruang publik di Kabul. Mereka keluar setelah dipaksa tinggal di dalam selama beberapa minggu pertama pemerintahan Taliban.
Arzo Khaliqyar adalah salah satu wanita yang kembali bekerja. Ibu lima anak ini mengaku terpaksa menjadi sopir taksi saat suaminya dibunuh setahun lalu.
Namun, dalam minggu-minggu sejak Taliban berkuasa, mengemudi menjadi semakin sulit dan Khaliqyar mengatakan telah diancam secara rutin oleh mereka. Dengan Toyota Corolla putihnya, Khaliqyar akhirnya harus putar otak. Ia mencoba beradaptasi dengan tetap berpegang pada lingkungan yang dia kenal dan mengambil penumpang yang sebagian besar wanita atau keluarga.
"Saya sangat tahu (risikonya), tetapi saya tidak punya pilihan lain. Saya tidak punya cara lain. Di beberapa tempat di mana saya melihat pos pemeriksaan Taliban, saya akan mengubah rute saya. Tapi saya telah menerima risiko ini demi anak-anak saya," ucap Khaliqyar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: