Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Lihat Potensi Target Defisit 3% Jadi Melebar, Ini Sebabnya

Ekonom Lihat Potensi Target Defisit 3% Jadi Melebar, Ini Sebabnya Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad melihat adanya potensi target defisit negara di bawah 3% pada 2023 justru akan melebar melebihi angka tersebut.

Tauhid menjelaskan, kenaikan sumber penerimaan negara, khususnya pajak, bertujuan untuk mencapai target tersebut, yang artinya besaran defisit akan senilai Rp600-700 triliun pada 2023. Akan tetapi, mengingat kondisi kinerja penerimaan negara maupun perpajakan saat ini, Tauhid mengaku tidak yakin dengan nilai target tersebut.

Baca Juga: Anggap Wajar LPEI Defisit Rp4,7 Triliun, Faisal Basri Beberkan Alasannya...

"Kami melihat adanya potensi target defisit tersebut bisa melebar di atas 3%," kata Tauhid dalam Diskusi Publik INDEF yang disiarkan secara daring, Rabu (6/10/2021).

Ia kemudian mengelaborasikan alasan keraguannya tersebut. Alasan pertama adalah situasi pemulihan di penerimaan negara tak mudah dilakukan terutama dalam kondisi pemulihan ekonomi akibat pandemi.

"Jadi, masih sangat tergantung bagaimana sektor-sektor di penerimaan negara, khususnya perpajakan seperti industri manufaktur dan sektor perdagangan, itu cepat pulih, bisa tumbuh," jelas Tauhid.

Kemudian, tak hanya dari sisi pemasukan, Tauhid juga melihat adanya tantangan dari sisi pengeluaran negara. Ia menggarisbawahi kondisi pengeluaran negara yang basisnya berasal dari konsumsi.

"Itu masih relatif rendah dibanding pertumbuhan belanja investasi pemerintah, ekspor-impor, sehingga sumber PPN yang basisnya adalah konsumsi itu jauh lebih lambat dibanding perkiraan semula," ungkapnya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Tauhid meyakini adanya potensi target defisit negara akan melebar. "Kecuali benar-benar bahwa mau tidak mau belanja untuk pemulihan ekonomi akhirnya dikurangi secara drastis. Saya kira urgensitas itu yang perlu didiskusikan kembali," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: