Aksi Heroik Atlet Taekwondo Wanita Afghanistan, Berani Hadapi Taliban Meski Cita-Cita Pupus
Kredit Foto: Al Jazeera/Agnieszka Pikulicka-Wilczewska
Marzia Hamidi, seorang atlet taekwondo Afghanistan berusia 19 tahun, punya rencana besar. Dia dulu memimpikan kejuaraan nasional dan internasional tetapi ketakutan bahwa mimpi itu sekarang pupus selamanya setelah Taliban menguasai negara itu.
Pada akhir September, dia harus bersembunyi setelah dia mendengar bahwa beberapa anggota kelompok datang mencarinya.
Baca Juga: Kisah Wonder Woman-nya Afghanistan, Ngotot Kerja, Sekolah, dan Demo untuk Lawan Taliban
“Ketika Taliban berkuasa, saya berpikir untuk menghancurkan medali saya,” katanya kepada Al Jazeera. “Bakar atau simpan? aku bertanya pada diriku sendiri.”
Bahkan akun Instagram Marzia –dengan lebih dari 20.000 pengikut– sedikit lebih gelap sekarang. Dia mengenakan abaya hitam dan jilbab yang serasi, takut akan penguasa baru Afghanistan.
Dia tidak sendirian dalam ketakutannya. Banyak wanita takut kembali ke ketidaktampakan yang dipaksakan yang mereka jalani selama lima tahun (1996-2001) ketika Taliban menguasai Afghanistan terakhir.
Ketika Taliban berkuasa, kelompok itu berjanji untuk menghormati perempuan dan mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik “sesuai dengan hukum Islam”, tetapi sekolah menengah tetap ditutup untuk anak perempuan, dan banyak perempuan merasa sulit untuk kembali bekerja, kecuali untuk anak perempuan. beberapa profesi seperti di bidang kesehatan.
Protes meletus di beberapa kota bulan lalu, dengan perempuan menuntut hak-hak mereka, tetapi mereka ditekan dengan keras.
Selama rezim Taliban pertama, perempuan hampir menghilang dari mata publik karena mereka dilarang bekerja dan tidak diizinkan bepergian tanpa wali laki-laki. Pelanggaran aturan ketat tentang pakaian wanita dan perilaku mereka di depan umum mendapat hukuman berat.

Marzia khawatir wanita seperti dia akan segera bernasib sama.
"Bakar atau simpan?"
Marzia lahir di Iran dari keluarga pengungsi Afghanistan yang sering didiskriminasi dan menjadi sasaran serangan rasis.
Pada usia 15 tahun, ia mengikuti kelas taekwondo dan langsung jatuh cinta pada olahraga tersebut, mengikuti kompetisi dan mendapatkan beberapa medali emas dalam kompetisi nasional kategori Under 57kg.
Namun tiga tahun lalu, keluarga Marzia memutuskan untuk pindah ke Afghanistan, ayahnya tidak lagi ingin menjadi pengungsi di negeri asing. Mereka akan bergabung dengan kakaknya, yang memiliki bisnis yang menguntungkan di Kabul.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: