Terobosan Baru di Dunia Kesehatan, Ilmuwan Berhasil Obati Depresi Berat dengan Alat Ini
Warta Ekonomi -
Sekelompok ilmuwan berhasil mengobati depresi berat dengan menggunakan sebuah alat yang ditanamkan pada otak pasien. Alat tersebut mirip seperti alat pacu jantung atau pacemaker namun diperuntukkan bagi otak.
Para ilmuwan dari University of California San Francisco (UCSF) ini menggunakan alat stimulasi otak dalam (DBS) yang dirancang khusus untuk mengenali dan merespons sebuah biomarker saraf. Biomarker saraf tersebut merupakan sebuah pola spesifik pada aktivitas otak yang mengindikasikan kemunculan gejala depresi.
Baca Juga: Tidak Boleh Sembarangan! Ini Cara Menentukan Susu Terbaik untuk Penderita Diabetes
Alat ini ditanamkan pada otak seorang pasien bernama Sarah melalui operasi sekitar 15 bulan lalu. Pada beberapa bulan awal sejak implantasi alat, Sarah merasa depresi yang dialaminya menurun dengan sangat tajam. Hal ini membuat Sarah merasa tidak yakin bila efek dari alat tersebut bisa bertahan lama.
"Akan tetapi (efeknya) bertahan. Dan saya jadi menyadari bahwa alat ini benar-benar memperbesar (efek) terapi dan perawatan diri yang saya pelajari selama menjadi pasien di sini, di UCSF," ujar Sarah, seperti dilansir Sky News.
Salah satu ilmuwan, Katherine Scangos, mengatakan dahulu terapi personalisasi semacam ini belum pernah bisa dilakukan di bidang psikiatri. Akan tetapi, keberhasilan dalam studi proof of concept ini menunjukkan bahwa aktivitas otak dapat digunakan untuk mengirimkan terapi personalisasi untuk gangguan neuropsikiatri.
"Kami mampu memberikan terapi yang telah disesuaikan ini kepada pasien dengan depresi, dan (terapi) itu meringankan gejala-gejalanya," ungkap Scangos.
Alat ini ditanamkan pada otak seorang pasien bernama Sarah melalui operasi sekitar 15 bulan lalu. Pada beberapa bulan awal sejak implantasi alat, Sarah merasa depresi yang dialaminya menurun dengan sangat tajam. Hal ini membuat Sarah merasa tidak yakin bila efek dari alat tersebut bisa bertahan lama.
"Akan tetapi (efeknya) bertahan. Dan saya jadi menyadari bahwa alat ini benar-benar memperbesar (efek) terapi dan perawatan diri yang saya pelajari selama menjadi pasien di sini, di UCSF," ujar Sarah, seperti dilansir Sky News.
Salah satu ilmuwan, Katherine Scangos, mengatakan dahulu terapi personalisasi semacam ini belum pernah bisa dilakukan di bidang psikiatri. Akan tetapi, keberhasilan dalam studi proof of concept ini menunjukkan bahwa aktivitas otak dapat digunakan untuk mengirimkan terapi personalisasi untuk gangguan neuropsikiatri.
"Kami mampu memberikan terapi yang telah disesuaikan ini kepada pasien dengan depresi, dan (terapi) itu meringankan gejala-gejalanya," ungkap Scangos.
Baca Juga: Ternyata Konsumsi Suplemen Vitamin Berkaitan dengan Meningkatnya Risiko Kematian, Kok Bisa?
Tim ilmuwan mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terapi serupa bisa diterapkan pada populasi yang lebih luas. Studi terbaru ini telah dipublikasikan pada 4 Oktober 2021 melalui jurnal Nature Medicine.
"(Studi ini) merupakan keberhasilan penting dalam upaya selama bertahun-tahun untuk memajukan ilmu neurosains dalam hal pengobatan gangguan psikiatri," jelas pernyataan resmi dari UCSF.
Tim ilmuwan mengatakan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terapi serupa bisa diterapkan pada populasi yang lebih luas. Studi terbaru ini telah dipublikasikan pada 4 Oktober 2021 melalui jurnal Nature Medicine.
"(Studi ini) merupakan keberhasilan penting dalam upaya selama bertahun-tahun untuk memajukan ilmu neurosains dalam hal pengobatan gangguan psikiatri," jelas pernyataan resmi dari UCSF.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: