Tak Hanya Bisnis, Begini Cerita Yoshinoya Selalu Hadir Saat Jepang Terkena Gempa

Mungkin banyak orang mengenal Yoshinoya sebagai restoran gyudon ternama yang menjamur di berbagai sudut kota, termasuk di Indonesia. Namun, siapa sangka di balik kesuksesannya, Yoshinoya menyimpan cerita panjang.
Yoshinoya pertama kali berdiri tahun 1899 di kawasan pasar ikan Nihonbashi, Tokyo. Didirikan oleh Eikichi Matsuda, tempat makan ini awalnya hanyalah kios kecil yang melayani para pekerja pasar.
Nama "Yoshinoya" berasal dari nama keluarga “Yoshino” yang berarti “pertumbuhan damai”, dan “ya” yang berarti “rumah”. Filosofi ini mencerminkan harapan Matsuda agar usahanya terus tumbuh dan memberi kenyamanan bagi pelanggan.
Di tengah persaingan dan kerasnya kehidupan pasar, Yoshinoya bertahan dengan menyediakan menu beef bowl (gyudon) yang cepat saji dan terjangkau. Matsuda memahami betul bahwa waktu adalah aset berharga bagi para pekerja. Ia pun menciptakan sistem penyajian cepat, yang kelak menjadi cikal bakal konsep restoran cepat saji modern. Ia juga bereksperimen dalam pengolahan daging dengan memasaknya dalam panci besar agar bumbu lebih meresap sebagai ciri khas yang masih terasa hingga kini.
Namun perjalanan Yoshinoya tak selalu mulus. Pada 1923, Gempa Besar Kanto meluluhlantakkan Tokyo, termasuk pasar Nihonbashi. Yoshinoya pun kehilangan tempat usaha. Tapi Matsuda tidak menyerah. Ia memindahkan usahanya ke Pasar Tsukiji yang baru dibangun, dan perlahan-lahan mulai membangun kembali bisnisnya. Dari sanalah Yoshinoya tumbuh menjadi restoran yang diperhitungkan, bahkan mulai memperluas cabangnya ke wilayah lain di Jepang.
Saat Jepang hancur pasca Perang Dunia II, Yoshinoya kembali harus menghadapi tantangan besar. Namun tekad dan kerja keras membuahkan hasil. Di tahun 1958, bisnis ini mulai memasuki era keemasan di tangan Tadao Yoshikawa, menantu Matsuda. Di bawah kepemimpinannya, Yoshinoya berkembang pesat hingga membuka restoran pertama di Osaka, yang menjadi pintu pembuka ekspansi ke seluruh Jepang.
Puncaknya terjadi pada 1975, ketika Yoshinoya membuka cabang internasional pertamanya di Amerika Serikat. Kini, lebih dari satu abad setelah berdiri, Yoshinoya memiliki lebih dari 2.000 gerai di 13 negara, termasuk 133 restoran di Indonesia per Juli 2022.
Baca Juga: Perjalanan Sukses Tadashi Yanai Membangun Uniqlo dari Bisnis Jahit hingga Jadi Raksasa Fashion Dunia
Kesuksesan Yoshinoya tak hanya dilihat dari jumlah cabang atau penjualan, tapi juga dari komitmen sosialnya, terutama dalam merespons bencana. Pada April 2016, gempa berkekuatan besar melanda Prefektur Kumamoto. Sebagai respons, Yoshinoya mengirimkan dapur keliling ke kota Nishihara pada 19–20 April dan ke Mashikimachi mulai 21 April untuk membagikan gyudon gratis kepada para korban.
Bantuan serupa juga dilakukan setelah gempa dan tsunami besar di Tohoku tahun 2011. Setelah gempa, Yoshinoya berkolaborasi dengan petani lokal di Prefektur Fukushima untuk menanam padi dan sayuran di lahan seluas 4,3 hektar di Shirakawa. Hasil pertanian ini digunakan sebagai bahan baku gyudon, dengan tujuan mendukung pemulihan ekonomi dan sosial wilayah yang terdampak bencana .
Bahkan pada 2005, Yoshinoya menandatangani perjanjian dengan pemerintah Tokyo dan prefektur sekitarnya untuk menyediakan air minum, fasilitas toilet, dan informasi darurat di lebih dari 12.000 toko mereka saat terjadi bencana.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement