Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani Ingatkan Keputusan Akhir Negosiasi Dagang RI-AS Ada di Tangan Trump

Sri Mulyani Ingatkan Keputusan Akhir Negosiasi Dagang RI-AS Ada di Tangan Trump Kredit Foto: Youtube Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa keputusan akhir dalam negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat tetap berada di tangan Presiden Donald Trump. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya komunikasi yang efektif serta penyampaian berbagai proposal yang saling menguntungkan bagi kedua negara.

“Memang keputusan pada akhirnya ada di Presiden Donald Trump, dan oleh karena itu seluruh jalur yang dilakukan untuk kita berkomunikasi dan juga untuk menyampaikan berbagai proposal yang saling menguntungkan Indonesia dan Amerika menjadi sangat penting,” kata dia dalam konferensi pers Perkembangan Lanjutan Negosiasi Dagang Indonesia-Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (25/4/2025).

Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah memulai langkah awal dalam proses negosiasi tersebut. Amerika Serikat, menurutnya, tengah mendorong adanya rebalancing dalam hubungan dagangnya dengan mitra-mitra dagang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Sri Mulyani Bertemu Menkeu AS Bahas Tarik-Ulur Tarif Resiprokal

“Pesan dari Amerika Serikat yang disampaikan di berbagai forum yang saat ini sedang berlangsung yaitu bahwa Amerika Serikat memang menginginkan adanya sebuah rebalancing di dalam hubungan Amerika terhadap mitra-mitra dagangnya, dan dalam konteks rebalancing ini ya berbagai langkah baik koreksi di dalam negeri Amerika sendiri maupun koreksi dari negara-negara partner dagangnya diharapkan terjadi sehingga akan memunculkan sebuah hubungan baru yang dianggap adil oleh kedua pihak. Inilah yang sekarang sedang diterjemahkan,” ujarnya.

Ia juga menyinggung keberadaan tarif resiprokal yang masih diberlakukan, meskipun terdapat penundaan selama 90 hari. Namun, tarif sebesar 10 persen tetap berjalan dan telah mulai memengaruhi sejumlah indikator ekonomi, termasuk penurunan volume pengiriman barang antarnegara.

“Tentu dari yang tadi disampaikan bahwa ada tarif resiprokal yang masih berjalan, yaitu yang kemudian diberikan penundaan 90 hari, namun yang 10 persen masih tetap jalan. Ini juga memengaruhi beberapa indikator ekonomi yang sekarang ini mulai terlihat, katakanlah seperti jumlah pengiriman barang antarnegara menjadi menurun dan juga dari sisi dampaknya nanti terhadap outlook pertumbuhan ini yang mungkin perlu untuk tentu diantisipasi oleh policy maker. Saya yakin ini juga akan berpengaruh terhadap semua negara di dunia,” ucap Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Proposal Dagang Indonesia Dipuji AS: Lengkap dan Menguntungkan

Ia menyebut bahwa proses rebalancing ini akan memakan waktu dua hingga tiga tahun, tergantung pada negara mana yang sedang dan akan dinegosiasikan oleh Amerika Serikat.

“Dari pembahasan dengan Sekretari Besen tadi memang disebutkan bahwa rebalancing process ini akan membutuhkan waktu hingga dua hingga tiga tahun, tapi itu tergantung negara mana yang akan dan sedang akan dinegosiasikan dengan Amerika Serikat,” ungkapnya.

Sri Mulyani menambahkan bahwa Indonesia mendapatkan keuntungan sebagai early mover dalam proses negosiasi ini. Hal ini disampaikan langsung oleh Scott Besen, yang memahami karakter Presiden Trump yang cenderung menghargai pihak pertama yang mengambil inisiatif.

“Oleh karena itu, tadi yang disampaikan Pak Menko bahwa Indonesia mendapatkan advantage sebagai early mover, itu disampaikan oleh Scott Besen tadi. Mengenal karakter dari Presiden Trump, mereka biasanya menghargai the first mover yang akan diberikan advantage. Itu tadi yang disampaikan oleh US Secretary,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: