Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menuju Endemi Covid-19, Indonesia Lindungi Kesehatan Masyarakat Hulu ke Hilir

Menuju Endemi Covid-19, Indonesia Lindungi Kesehatan Masyarakat Hulu ke Hilir Kredit Foto: Antara/Umarul Faruq
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia mempersiapkan diri memasuki masa transisi dari pandemi menjadi endemi Covid-19. Menyadari bahwa ancaman virus corona masih ada, strategi matang pun harus disiapkan. Salah satunya, pemerintah kini memperkuat upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir.

Upaya tersebut dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya percepatan vaksinasi Covid-19. Selain itu, menjaga disiplin protokol kesehatan, penguatan 3T, dan pemanfaatan teknologi informasi juga terus digencarkan oleh pemerintah. Kemenko PMK, Agus Suprapto, mengungkapkan bahwa endemi Covid-19 dapat dicapai melalui tiga tahapan, yakni persiapan, transisi, dan endemi itu sendiri. Baca Juga: Percepat Kekebalan Komunal, Danamon Gelar Vaksinasi Buat Nasabah

Upaya preventif yang kuat adalah modal yang dibutuhkan untuk tahap persiapan. Misalnya, prokes sudah menjadi suatu hal melekat di masyarakat dan vaksinasi menyentuh angka 70% dengan tetap diikuti oleh gencarnya 3T. Tahap trasisi ditunjukkan oleh terkendalinya jumlah kasus dan penurunan angka kematian. Agus mengatakan, tahap transisi berarti pula masuk dalam fase abu-abu yang tentu harus diikuti dengan disiplin prokes dan hidup berdampingan dengan virus. Baca Juga: Sertifikat Vaksin Malaysia Berlaku di Indonesia, Begitu pun Sebaliknya

"Pada tahap transisi, kehidupan kita masuk grey area, semua demi menjaga prokes dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Tahap endemi adalah setelah semua terkontrol dan harapannya, semua jadi lebih baik," pungkas Agus, Rabu, 20 Oktober 2021.

Ia menekankan, tahap endemi yang dimaksud tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga dunia internasional. Jika angka kasus terus menurun dan gelombang ketoga tidak terjadi hingga akhir tahun dengan kondisi yang tetap terkendali, ia optimis bahwa tahun depan keadaan akan membaik dan ekonomi dapat pulih dengan pertumbuhan di atas 5%.

"Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin prokes, serta bersama-sama mendorong upaya 3T," sambungnya. 

Tidak dapat dipungkiri, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai, tapi pandemi belum selesai. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada pelonggaran pada Prokes. Hal ini ditekankan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting. Ia juga menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi.

Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi; harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan,

“Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang harus berjuang bersama. Jadi ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa virus,” papar Alexander.

Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T. Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti. Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama.

“Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80% dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73%,” jelas Dilla.

Menurutnya, memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang lain.

“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi prokes ketat, kalau perlu, lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” pungkas Dilla.

Kewaspadaan memang tidak boleh ditanggalkan. Founder & CEO Young on Top (YOT), Director Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan. Ia berharap, semua orang terutama anak muda yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, tetap peduli dan mendukung program-program pemerintah dalam penanganan pandemi karena ancaman munculnya gelombang ketiga masih ada.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: