Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei Indikator Politik Indonesia Mencatat Generasi Muda Memiliki Kesadaran Isu Perubahan Iklim

Survei Indikator Politik Indonesia Mencatat Generasi Muda Memiliki Kesadaran Isu Perubahan Iklim Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indikator Politik Indonesia bersama Yayasan Indonesia Cerah merilis hasil survei terbarunya. Hasilnya generasi muda yang terdiri dari generasi Z yang berusia 17-26 tahun dan generasi milenial yang berusia 27-35 tahun memiliki kesadaran yang tinggi tentang isu perubahan iklim yang terjadi.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhauddin Muhtadi menyebutkan dari keempat pilihan isu lingkungan yang dianggap penting bagi generasi muda, persoalan sampah berada pada posisi pertama dengan persentase sebesar 62 persen, polusi udara 46 persen, pencemaran sungai dan air tanah 41 persen, perubahan iklim 39 persen.

Baca Juga: Miliarder Ini Sebut 1.000 Unicorn Berikutnya Akan Berasal dari Bisnis Perubahan Iklim

Selain itu isu lingkungan seperti sering terjadi banjir 29 persen, sering terjadi kekeringan 20 persen, polusi pertanian dan penurunan kualitas tanah 20 persen, penurunan jumlah atau kepunahan spesies dan habitat ekosistem alami 19 persen, kekuarangan air minum 15 persen, polusi di laut 10 persen, penurunan permukaan tanah 9 persen, dan polusi suara 7 persen.

“Ini suatu yang menggembirakan karena kesadaran anak muda tergolong sangat tinggi terkait isu perubahan iklim,” ujarnya dalam Rilis Temuan Survei Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah dengan topik Persepsi Pemilih Pemula dan Muda atas Permasalahan Krisis Iklim di Indonesia, Rabu (27/10/2021).

Dari sejumlah isu lingkungan tersebut, kemudian ditemukan hasil survei faktor penyumbang terbesar perubahan iklim berasal dari yang terbesar berasal penggundulan hutan, sektor industri ekonomi, penggunaan plastik sekali pakai, industri penebangan kayu, kendaraan berbahan bakar solar/diesel, sektor ekonomi pertanian.

Selanjutnya disusul berasal dari emisi karbon dari kendaraan ukuran besar, emisi karbon dari mobil, pembangkit listrik tenaga batubara, perkebunan sawit, penggunaan peralatan elektronik rumah tangga, bank/perusahaan teknologi, industri penerbangan, pembangkit listrik tenaga gas, emisi karbon pesawat terbang, dan emisi karbon transportasi non jalan lainnya.

“Lebih dari 50 persen responden mengatakan saat ini warga sudah mulai dirugikan dari dampak perubahan iklim yang sudah terjadi,” katanya.

Di sisi lain berdasarkan aspek intensitas peristiwa lingkungan saat ini jika dibandingkan pada lima tahun lalu sebanyak 63 persen generasi muda mengalami cuaca lebih panas dibandingkan musim kemarau, perubahan cuaca mendadak 60 persen, hujan besar dan banjir 35 persen, kekeringan 26 persen, naiknya permukaan air lat 22 persen, badai besar 18 persen, tanah longsor 16 persen, dan kebakaran hutan 13 persen.

Sementara itu, permasalahan yang dikhawtirkan generasi muda di masa mendatang di antarnya meningkatnya cuaca ekstrem seperti angin topan, banjir, kekeringan sebesar 42 persen, penumpukan sampah dan bahan plastik 36 persen, kesehatan 35 persen, penggundulan hutan 33 persen, polusi udara 24 persen, kekurangan bahan baku pangan 23 persen, kehabisan SDA 22 persen, meningkatnya suhu di lingkungan 16 persen, naiknya permukaan air laut 13 persen, menurunnya keanekaragaman hayati 6 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: