Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rizal Ramli Sentil Sri Mulyani Soal Utang Negara: Ngeles Kok Kebangetan!

Rizal Ramli Sentil Sri Mulyani Soal Utang Negara: Ngeles Kok Kebangetan! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom senior Rizal Ramli menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sindiran itu dilontarakan menyusul pernyataan Sri Mulyani yang menyebut utang negara yang menggunung sekarang ini adalah warisan pemerintah era sebelum-sebelumnya.

Menurut Rizal Ramli, pernyataan Sri Mulayani tersebut sudah kelewatan. Pernyataan ini dinilai hanya ingin mencari pembelaan atas utang negara pada masa pemerintaha Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Ngeles kok kebangetan. Dalam tradisi negara demokratis, jika anda berkuasa boleh menyalahkan pemerintahan sebelumnya maks 6 bulan,” kata Rizal dikutip Populis.id dari akun Twitternya, Kamis (28/10/2021). Baca Juga: Sri Mulyani Irit Bicara soal Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Rocky Gerung: Kena Sirep Dukun!

Ketimbang sibuk mencari kambing hitam,Rizal Ramli meminta Sri Mulyani fokus membantu pemerintah mengurangi utang-utang negara sekarang ini.

“Setelah itu, ndak bisa lagi terus nyalahin pemerintah sebelumnya, anda kuasa kok untuk benahi! Malah +utang gila2an,” tegasnya.

Sebelumnya Sri Mulyani mengatakan, lonjakan utang Indonesia tidak terjadi begitu saja. Menurutnya, utang Indonesia sudah parah sejak puluhan tahun lalu, dan memburuk saat krisis moneter tahun 1997-1998.

“Waktu ada krisis 1997-1998 dengan adanya bail out, makanya utang kita (negara) sangat tinggi karena obligasi. Jadi ujung-ujungnya adalah beban negara,” jelas Sri Mulyani dikutip dari Kontan, Rabu (27/10/2021).

Dia menjelaskan, saat itu banyak perusahaan dan perbankan yang meminjam dolar Amerika Serikat (AS), termasuk obligasi pemerintah. Baca Juga: Rizal Ramli Siap Bantu Jokowi Selamatkan Garuda, Tapi Syaratnya Nggak Main-main, Berat Banget

Hal itu menjadi beban untuk Indonesia, sebab nilai tukar rupiah terus terkoreksi, mulai dari Rp2.500 per dolar AS sampai dengan sekitar Rp17.000 per dolar AS.

Selain lonjakan utang, kala itu pemerintah juga berusaha memberikan stimulus pada perusahaan agar tidak semakin banyak yang buntung dan menjaga keberlangsungan ekonomi.

Mantan dosen FE UI ini juga menjelaskan, kenaikan utang pemerintah ibarat dua sisi, bisa menjadi penggerak ekonomi. Sebaliknya, bisa menjadi beban apabila tidak dikelola secara baik.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: