Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fungsi SMK3 Harus Diimbangi Budaya dan Kesadaran bagi Pekerja

Fungsi SMK3 Harus Diimbangi Budaya dan Kesadaran bagi Pekerja Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Direktur SDM PT Pelindo Terminal Petikemas, Edi Priyanto, mengatakan bahwa teknologi dalam implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sangat membantu setiap perusahaan baik itu milik negara maupun swsata.

Akan tetapi, sebut Edi, penggunaan teknologi sebagai sarana bantu dalam implementasi SMK3 juga harus diimbagi oleh budaya perusahaan. Sebab, budaya perusahaan mengambil peranan penting dalam implementasi SMK3 di dunia industri.

Baca Juga: Pertahankan Predikat Raih Top GRC level 4 Stars, Bos Keuangan Pelindo Marines Bilang Begini

"Teknologi adalah alat bantu atau alat pendukung, akan bermanfaat jika organisasi tersebut sudah menerapkan SMK3 dengan baik, dengan penuh kesadaran, budaya sudah terbentuk untuk selalu berperilaku aman dalam segala aspek pekerjaan," jelas Edi dalam seminar K3 yang diselenggarakan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) secara webinar di Surabaya, kemarin.

Masih kata Edi, kehadiran teknologi, pengawasan, dan pelaksanaan K3 menjadi lebih mudah dan cepat. Pelaksanaan sosialisasi misalnya, dapat memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan untuk menyebarluaskan inmformasi. Demikian halnya dengan pelaksanaan pelaporan patroli dan lainnya juga dapat memanfaatkan aplikasi berbasis telepon genggam.

"Pengumpulan data, pelaporan dini, pelaksanaan briefing, pemeriksaan kesehatan, dan hal-hal lainnya dapat diintegrasikan dalam sebuah sistem berbasis teknologi informasi. Jadi, akan memudahkan organisasi dalam menyampaikan bukti-bukti saat audit SMK3," sambung Edi yang juga menjabat Pengurus Dewan K3 Jatim ini.

Sementara itu, Lead Loss Prevention Engineer Qatargas Operating Company Limited, Alvin Alfiansyah, secara tegas menyatakan, beberapa aplikasi teknologi dalam industri untuk mendukung implementasi SMK3 khususnya di industri memiliki tingkat risiko tinggi. Beberapa di antaranya adalah visual inspection, artificial intelligence, augmented reality, dan digital twin.

Alvin mencontohkan, penggunaan visual inspection misalkan, si pekerja menggunakan kacamata yang dilengkapi dengan kamera yang langsung terhubung ke jaringan kantor sehingga pihak yang bertanggung jawab dapat memonitor langsung situasi di lapangan dan menilai risiko yang ada.

"Di industri migas pada saat melakukan inspeksi membuang sisa gas (flare), mereka akan menggunakan drone untuk pengawasan," jelas Avin.

Menurutnya, pengguaan teknologi artificial intelligence digunakan untuk mendeteksi jarak pekerja dengan alat yang dioperasikan. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi pengguaan alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerja.

"Alat dengan teknologi tersebut akan merekam mereka yang dikenali tidak menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan ketentuan, lalu dengan otomatis melaporkan kepada pengawas. Ini tentu memudahkan dalam pengawasan," beber Alvin.

Di sisi lain, Direktur 3 PPNS Arie Indartono menyebutkan, para mahasiswa perlu wawasan luas serta lebih mendalam di dunia kerja. Hal ini, kata Arie, menjadi senjata utama bagi mahasaiswa kelak  saat sudah memasuki dunia kerja nantinya.

"Mahasiswa jadi bisa lebih siap untuk terjun di dunia kerja, tidak hanya terbatas pada teori, tapi juga gambaran implementasi K3," pungkas Arie.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: