Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penelitian Mengungkapkan Risiko Covid-19 Parah Rendah di Awal Kehamilan

Penelitian Mengungkapkan Risiko Covid-19 Parah Rendah di Awal Kehamilan Kredit Foto: Pexels/MART PRODUCTION
Warta Ekonomi -

Penelitian terkait kasus ibu hamil selama pandemi Covid-19 dilakukan di China. Dalam penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil di China yang tertular Covid-19 pada awal kehamilan berisiko lebih rendah mengalami penyakit parah. 

Para peneliti di Pusat Penelitian Klinis Nasional Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Peking University Third di Beijing melakukan penilaian terhadap 138 wanita hamil yang terjangkit Covid-19 pada awal 2020. Penelitian bertujuan meninjau bagaimana penyakit Covid-19 memengaruhi kelompok wanita hamil.

Baca Juga: Waduh… Nggak Nyangka Banget! Merokok Ternyata Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes, Kok Bisa?

“Perhatian khusus harus diberikan kepada pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 pada akhir kehamilan karena risiko penyakit parah pada mereka tampaknya lebih tinggi daripada pasien yang terinfeksi pada tahap awal,” kata Penulis Studi, Qiao Jie, dalam makalah yang diterbitkan di server pracetak medRxiv, dilansir dari South China Morning Post, belum lama ini.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), studi sebelumnya menunjukkan bahwa wanita hamil berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 yang parah dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Sementara itu, studi di China menemukan bahwa kehamilan tidak menempatkan wanita pada risiko penyakit parah karena Covid-19. 

Pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 pada awal kehamilan bahkan berisiko lebih rendah terkena penyakit parah daripada mereka yang terinfeksi pada tahap akhir. Studi menyebutkan proporsi pasien hamil di akhir kehamilan juga membutuhkan oksigen atau ventilator dibandingkan dengan mereka yang terinfeksi di awal kehamilan. Kondisi fisik yang berbeda pada wanita di akhir kehamilan dapat memiliki peran penting dalam perjalanan klinis infeksi Sars-CoV-2.

Baca Juga: Ya Ampun! Penderita Diabetes Nggak Boleh Makan Ketupat, Duh… Kata Siapa? Pahami Dulu Hal Ini

Semua kasus tercatat dilakukan pada Desember 2019 hingga pertengahan April 2020, yakni saat tidak ada vaksin untuk virus corona dan sedikit yang diketahui tentang cara terbaik mengobati penyakit ini. Infeksi juga berasal dari varian virus yang berbeda dari yang ada saat ini.

Studi juga menemukan bahwa ada 23 kasus parah dan tiga kematian pada wanita hamil yang sudah menjalani kontrol kehamilan. Faktor yang dapat dikaitkan dengan kondisi itu, yakni perubahan sistem kekebalan selama kehamilan, masalah gastrointestinal, nyeri otot, dan kelelahan. Kedua kelompok wanita memiliki insiden batuk dan demam yang sama.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menemukan dalam sebuah penelitian tahun lalu bahwa wanita rentan mengalami gejala, seperti batuk dan sesak napas pada frekuensi yang sama, terlepas dari kehamilan. Namun, wanita hamil melaporkan sakit kepala, nyeri otot, demam, dan diare.

Penelitian di AS yang melibatkan lebih dari 8.000 wanita hamil menemukan bahwa kelompok ini secara signifikan lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif, meskipun risiko kematiannya sama untuk wanita hamil dan tidak. Studi internasional lainnya telah mencapai kesimpulan serupa tentang frekuensi perawatan ICU yang lebih besar untuk wanita hamil.

Baca Juga: Terungkap! Apakah Leher yang Menghitam Selalu Mengindikasikan Diabetes?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: