Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Single System Kelar, BSI Pede Kinerja dan Aset Meroket

Single System Kelar, BSI Pede Kinerja dan Aset Meroket Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT  Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi melayani seluruh nasabah dan masyarakat Indonesia dengan single system per 1 November 2021. Hal ini menandai tahap akhir dari proses migrasi nasabah serta awal baru bagi dunia perbankan syariah di Indonesia.

Pasca single system ini maka seluruh produk dan layanan yang ada di 3 bank legacy sudah dapat dilayani seluruhnya dalam satu sistem BSI. Selain itu, dengan single system ini artinya sekarang BSI memiliki satu core banking system, satu enterprise data, satu sandi kode bank di 451, dan satu pelaporan keuangan, semua dengan nama Bank Syariah Indonesia.

Sementara terkait proses migrasi nasabah, BSI telah menyelesaikan seluruh proses tersebut pada bulan Juli 2021, yang artinya 4 bulan lebih cepat dari target yang dicanangkan. Baca Juga: Potong 1300 Tumpeng, Tasyakuran Single System BSI Masuk Rekor MURI

“Artinya BSI single system betul-betul bank hasil merger dengan single system, dan sudah running mulai tanggal 1 November. Pencapaian yang dilakukan dalam beberapa waktu ini sangat bagus sehingga kita juga bisa me-manage BSI dengan sangat baik. Dengan adanya single system ini, kami yakin BSI akan semakin besar baik dari sisi aset, laba, pembiayaan, dan pengguna mobile banking,” kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (1/11/2021).

Ada tiga hal penting yang selama ini menjadi nilai yang dipegang oleh BSI. Pertama adalah transformasi. BSI terus bertransformasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan juga perubahan serta mencoba hal-hal baru yang memang bisa memberikan trajektori perubahan bisnis yang bagus dan solid. 

Kedua adalah menemukan perubahan bisnis model yang optimal. Sejak melakukan merger, bisnis model yang dimiliki oleh 3 bank legacy belum tentu sesuai dengan tuntutan nasabah saat ini. Untuk itu, BSI melakukan tuning untuk memperbaiki, mengimprove bisnis model yang ada di BSI saat ini, baik itu di segmen bisnis, teknologi dan delivery channel. Terakhir adalah value creation, baik dari aspek bisnis maupun operation dan juga perubahan bisnis model. Tujuan akhirnya adalah menuju kepada satu value creation yang optimal.

Dengan berpegang pada ketiga nilai tersebut, BSI mampu menorehkan kinerja yang terus meningkat pada triwulan III 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, naik 37,01 % secara year on year (YoY). Perolehan laba bersih yang gemilang ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun.

Terkait DPK, Hery menegaskan pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI tumbuh signifikan sebesar 16,22% yoy atau mencapai Rp30,35 triliun. Adapun secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57% yoy dengan angka mencapai Rp91,43 triliun pada kurun waktu yang sama. Baca Juga: Fokus Digitalisasi, BSI Cetak Laba Bersih Rp2,26 Triliun di Triwulan III 2021

Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini  sekitar 2,10%. Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67%.  Selain DPK, kinerja pembiayaan pun tak kalah moncer. Pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38% yoy yang mencapai Rp163,32 triliun. BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) nett sebesar 1,02%.

Hery menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43 % yoy dari sebesar Rp64,14 triliun.  Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58% yoy dengan penyaluran mencapai Rp4,42 triliun dari sebelumnya Rp3,82 triliun.

Realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari-September 2021 mencapai Rp10,58 triliun, tumbuh sekitar 7,29% yoy dari sebelumnya sebesar Rp9,86 triliun. Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74%.

"BSI pun terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93%, atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40%. Dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp251,05 triliun atau naik sekitar 10,15% yoy dari Rp227,92 triliun," jelas Hery.

Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133% yoy. Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95% transaksi di BSI sudah menggunakan e-Channel.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: