Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ahli Marketing Hermawan Kartajaya: Post Pandemik yang Dibutuhkan Adalah Kreativitas, Bukan Hanya...

Ahli Marketing Hermawan Kartajaya: Post Pandemik yang Dibutuhkan Adalah Kreativitas, Bukan Hanya... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli marketing Indonesia dan founder MarkPlus Inc., Hermawan Kartajaya diundang ke dalam podcast Hermanto Tanoko di YouTube-nya yang bertajuk "Kisah Yang TIDAK DICERITAKAN Media Tentang Startup".

Hermawan mengatakan kurva perekonomian Indonesia saat ini mirip logo sepatu terkenal, NIKE. Jika 2020 menukik turun hingga pemerintah harus turun tangan, maka 2021-2022 adalah saatnya berinvestasi menuju relief pada tahun 2022-2025.

"Disinilah peranan consumer spending itu balik," ujar Hermawan.

Baca Juga: Salut! Ternyata Ini Alasan Jeff Bezos Investasi di Startup Indonesia Ula!

Hermawan berujar meski masih hawa-hawa pandemi, tetapi tak bisa hanya mementingkan kesehatan tanpa perekonomian. Ia meramal dalam beberapa tahun kedepan, perekonomian Indonesia akan bangkit, yang ia sebut dengan 'rise'.

Lebih lanjut, Hermawan mengatakan bahwa perekonomian Indonesia akan sangat bergantung pada generasi Z yang saat ini baru mulai bekerja, atau baru mulai membangun startup. Meski baru-baru ini mereka akan gagal, tetapi pada tahun 2030 mendatang, merek akan bersinar. Terlebih pada tahun keemasan Indonesia di tahun 2045, sektor ekspor-impor akan semakin berjaya.

"Gen X akan menentukan tren, menentukan consumer behavior, karena orang-orang yang tua akan mengikuti anak muda," terang Hermawan.

Masa-masa new normal menurut Hermawan sudah lewat. Kini, telah memasuki post normal yang seakan-akan semuanya akan kembali offline, padahal sebenarnya akan menjadi online dan offline. Tidak bisa hanya salah satu.

"Online offline itu akan menjadi satu lagi namanya Omni," ujar Hermawan.

Tren saat ini mengharuskan perusahaan memasukkan banyak mesin dan komputer tetapi sambil men-transform sumber daya manusia yang dimiliki.

"Kalau tadinya mengolah data menjadi informasi menjadi knowledge, sekarang harus mengolah informasi dan knowledge menjadi insight dan wisdom," lanjut Hermawan.

"Post pandemik ini yang dibutuhkan adalah kreativitas bukan hanya produktivitas," lanjutnya lagi.

Karena itu, Hermawan menyebutkan bahwa post pandemik nantinya yang dibutuhkan adalah CI-EL dan PI-PM, seperti apa yang dilakukan sekolah-sekolah elit.

CI-EL merupakan singkatan dari Creativity, Innovation, Entrepreneurship dan Leadership. Sementara itu, PI-PM adalah Productivity, Improvement, Professionalism dan Management.

Hermawan bahkan menyebut China sudah selangkah lebih maju. Negara tersebut sudah meniadakan bimbingan belajar agar anak-anak di sana tidak hanya terpaku pada nilai, tetapi mengasah kreativitas dan keterampilan.

Meski Gen Z memiliki banyak kelebihan, tetapi mereka juga memiliki kekurangan. Yaitu gelisah, dan cepat bosan.

"Jadi akan ada perubahan besar-besaran menjelang 2030," tandasnya lagi.

Meski Jerman dan Sillicon Valley sama-sama hebat dalam hal teknologi, tetapi menurut Hermawan perlu digerakkan perubahan teknologi 5.0 yang menjadikan Technology for Humanity. Karena, akan sangat disayangkan jika teknologi tidak bisa seimbang dengan manusia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: