Armada Ke-7 Amerika Ungkap Apa yang Merusak Kapal Selam Nuklirnya di Laut China Selatan
Insiden itu terjadi pada bulan Oktober, ketika Angkatan Laut AS melaporkan bahwa 11 anggota awak kapal selam bertenaga nuklir Amerika Connecticut terluka ringan setelah kapal menabrak objek yang tidak diketahui di Laut China Selatan awal bulan itu.
Investigasi Armada Ketujuh AS telah menentukan bahwa kapal selam serang cepat kelas Seawolf USS Connecticut "mendarat di gunung bawah laut yang belum dipetakan saat beroperasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik" pada awal Oktober.
Baca Juga: Isu Perdamaian Laut China Selatan Jadi Pembahasan dalam Kemitraan ASEAN-China
Juru bicara Hayley Sims mengatakan kepada USNI News pada Senin (1/11/2021) bahwa komandan Armada ke-7 Wakil Laksamana Karl Thomas "akan menentukan apakah tindakan lanjutan, termasuk pertanggungjawaban, sudah tepat".
USNI adalah akronim untuk asosiasi nirlaba yang berbasis di Annapolis, Institut Angkatan Laut Amerika Serikat.
USNI News mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa tangki pemberat kapal selam itu rusak akibat insiden tersebut, yang mendorong Connecticut "untuk melakukan pelayaran selama seminggu di permukaan dari Laut Cina Selatan ke Guam".
Selain Beijing, perairan Laut China Selatan yang diperebutkan diklaim oleh sejumlah negara, seperti Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam. AS tidak mengklaim wilayah itu, tetapi sering melakukan apa yang disebut misi "kebebasan navigasi" di sana, yang dikecam oleh Beijing sebagai provokasi.
China Suarakan Alarm Atas Insiden USS Connecticut
Pernyataan sumber itu muncul setelah Kementerian Pertahanan China mengatakan bulan lalu bahwa Beijing sangat prihatin dengan insiden baru-baru ini dengan kapal selam nuklir AS di Indo-Pasifik, menuntut agar Washington memberikan rincian lengkap tentang kecelakaan itu.
Sputnik News, melaporkan, juru bicara kementerian Tan Kefei berpendapat bahwa insiden itu adalah akibat langsung dari kebijakan Washington di wilayah tersebut, di mana ia terus-menerus mengirimkan kapal dan pesawat militer "untuk melenturkan otot-otot mereka dan menimbulkan masalah [...] atas nama 'kebebasan navigasi dan penerbangan'".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto