Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengejutkan, WHO Nilai Eropa Kaya Vaksin tapi Covid-19 Tak Terkendali karena...

Mengejutkan, WHO Nilai Eropa Kaya Vaksin tapi Covid-19 Tak Terkendali karena... Lambang dan Kantor Pusat WHO di Jenewa. | Kredit Foto: Getty Images/AFP/Fabrice Coffrini
Warta Ekonomi, New York -

Analisis WHO ini bikin kaget. Eropa disebut kaya vaksin. Tapi kenapa covid 19 di sana jadi tak terkendali? Ada apa dengan Eropa?

Kepala WHO Eropa, Hans Kluge, buka-bukaan soal ini. Dia menyebut terjadi kenaikan kasus meski Eropa diketahui sudah memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi.

Baca Juga: Kabar Gak Enak di Awal 2022, WHO Bilang 500 Ribu Kematian Akibat Covid-19 Hantui...

"Kita harus mengubah taktik. Jangan lagi bereaksi bila ada lonjakan covid-19. Sekarang sejak awal arus mencegah terjadinya lonjakan," kata Hans seperti dikutip dari BBC, Jumat (5/11/2021).

Kasus covid-19 di Eropa dilaporkan meningkat sampai 55 persen dalam waktu empat minggu terakhir.

Beberapa negara dengan kenaikan signifikan adalah Inggris. Negara itu mencatat infeksi harian 40.000 hingga 50.000 dalam beberapa hari terakhir.

Meski begitu WHO juga mencatat kenaikan kasus di Prancis dan Jerman.

Prancis melaporkan 10.050 kasus Covid-19 harian baru, merupakan pertama kalinya perhitungan menembus 10.00 sejak 14 September 2021.

Jerman juga melaporkan 34.000 kasus infeksi baru kemarin. Ini memecahkan rekor Desember 2020.

Padahal menurut WHO, Eropa tidak kekurangan suplai vaksin ataupun alat-alat penunjang keseatan lainnya.

Ada satu kekurangan yang dilihat WHO. Meski kaya vaksin, Eropa mulai melonggarkan pembatasan sosial.

Selain itu, ada juga negara yang memang cakupan vaksinnya masih rendah.

Rusia misalnya. Negeri Beruang Merah itu baru mencakup 32 persen populasi pada Oktober 2021.

Pekan lalu, WHO mencatat ada 1,8 juta kasus baru dan 24.000 kematian yang dilaporakn. Kasus meningkat 6% dan kematian naik 12%, jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

"Wilayah ini menyumbang 59% dari semua kasus secara global dan 48% kematian yang dilaporakn minggu lalu," katanya lagi.

Dia mengatakan jika tren ini tak bisa dikendalikan, diyakini pada Februari 2022, akan ada 500.000 kematian terkait covid-19 di kawasan itu.

Bakal ada 43 negara di kawasan yang menghadapi tekanan tinggi hingga ekstrem terkait ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.

Pekan lalu, WHO mencatat ada 1,8 juta kasus baru dan 24.000 kematian yang dilaporakn. Kasus meningkat 6% dan kematian naik 12%, jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

"Wilayah ini menyumbang 59% dari semua kasus secara global dan 48% kematian yang dilaporakn minggu lalu," katanya lagi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: