Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terkuak Alasan Xi Jinping Tidak Tinggalkan China Hampir 2 Tahun Lamanya

Terkuak Alasan Xi Jinping Tidak Tinggalkan China Hampir 2 Tahun Lamanya Kredit Foto: Shutterstock/Roman Pilipey

Menurut laporan kamar dagang asing di China, eksekutif internasional akan meninggalkan negara itu, tetapi ia belum diganti. Peran Hong Kong sebagai pusat bisnis global pun telah terpukul.

Di sisi lain, menurut Rachman, kepemimpinan China sebenarnya tengah menyambut sejumlah perkembangan. Seorang rekan di Chatham House di London, Yu Jie, berpendapat kalau Xi dapat mempercepat jalan menuju kemandirian nasional berkat pandemi.

Kebijakan itu dimulai jauh sebelum pandemi melalui kampanye 'Made in China 2025' yang mempromosikan teknologi dan produksi dalam negeri. Namun, dengan Covid-19, penekanan pada swasembada ekonomi telah berubah jauh lebih luas, tetapi dengan implikasi berbahaya bagi China dan dunia.

Kebangkitan luar biasa China selama 40 terakhir dipicu oleh 'reformasi dan keterbukaan' ala Deng Xiaoping pada 1980an. Deng melihat kalau keterisolasian Revolusi Kebudayaan oleh Mao Zedong telah menyebabkan kemiskinan dan keterbelakangan. Menurut Rachman, ia cukup rendah hati untuk menyadari kalau China dapat belajar dari dunia luar.

Suasana China saat ini pun sangat berbeda. Rana Mitter, profesor sejarah China di Oxford, menunjukkan bahaya bahwa 'perbatasan tertutup akan menyebabkan pikiran tertutup'. Setelah 40 tahun berkembang pesat, China percaya diri.

Media China menggambarkan Barat, terutama AS, sebagai bangsa yang lebih rendah. Pemerintah China yakin negaranya unggul dalam sejumlah teknologi utama di masa depan, seperti teknologi hijau dan kecerdasan buatan. Menurut Rachman, Beijing juga mungkin yakin kalau dunia kini lebih membutuhkan China daripada China membutuhkan dunia.

Kontrol pandemi juga terkait erat dengan legitimasi politik Xi dan Partai Komunis.

Angka kematian resmi Covid-19 di China kurang dari 5 ribu, dibandingkan dengan 750 ribu kematian di AS. Tak heran, pemerintahan Xi berpendapat bahwa saat AS mengoceh tentang HAM, Partai Komunis China sebenarnya telah melindungi rakyatnya.

Namun, ambisi nol kasus Covid-19 di China kini rentan menjadi jebakan. Ketika dunia luar bertransisi menuju hidup bersama virus dengan tingkat infeksi yang rendah, kontak dengan warga asing mungkin terlihat lebih berbahaya bagi China. Ini mengarah pada penekanan baru pada pembatasan interaksi dengan dunia luar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: