Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pada 2024, Emisi Karbon akan Terpangkas hingga 39,7 Juta Ton dengan BBN Biofuel

Pada 2024, Emisi Karbon akan Terpangkas hingga 39,7 Juta Ton dengan BBN Biofuel Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel pada 2040 akan mengurangi emisi karbon sampai 39,7 juta ton setara karbon dioksida (CO2). Herbert Hasudungan, Sub Koordinator Supervisi Biofuel Direktorat Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) mengatakan pada Selasa (16/11/2021).

"Dari 2021 sampai 2040 diharapkan pengurangan emisi akan terus meningkat, ini berdasarkan 'roadmap' yang telah dibuat. Dengan begitu, lingkungan kita akan semakin bersih dan sehat, serta mendorong Net Zero Emission (NZE)," kata Herbert, dalam webinar "Pangan vs Energi: Menelaah Kebijakan BNN di Indonesia", di Jakarta.

Baca Juga: Pemerintah Diharap Menyusun Kerangka Jalan Bahan Bakar Nabati demi Capai Komitmen Iklim

Pada 2021, menurut Herbert, dengan penggunaan B30 yang mencapai sekitar 9,2 juta kiloliter, Indonesia telah mengurangi emisi sampai 24,4 juta ton setara CO2. Nilai pengurangan emisi karbon ini pun meningkat dari 2017, di mana emisi yang berkurang baru sebesar 6,83 juta ton setara CO2.

"Penggunaan biodiesel B30 pada 2022 direncanakan naik sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen sehingga meningkat menjadi 10 juta kiloliter untuk biodiesel," katanya.

Pemerintah akan mulai menggunakan bioavtur pada 2022, di samping menggunakan biodiesel. Menurutnya, penggunaan bioavtur yang diperkirakan sebesar 142 kiloliter di 2022 mampu mengurangi emisi hingga 368 ribu ton setara CO2.

Pemakaian biodiesel hingga 9,2 juta ton pada 2021 juga akan membuat serapan tenaga kerja sektor ini meningkat. Peningkatan diperkirakan mencapai hingga 1,15 juta orang.

Pemerintah tengah menyusun indikator keberlanjutan biodiesel terutama yang berbahan campuran minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Tujuannya untuk menyempurnakan penggunaan biodiesel. Indikator ini nantinya akan meng-cover tiga aspek yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi.

"Kami masih terus melakukan pembahasan untuk mendapatkan indikator terbaik. Dari sisi lingkungan, ada kriteria-kriteria terkait emisi, manajemen risiko, dan manajemen kemampuan, kemudian dari sisi sosial dibahas terkait bagaimana pendapatan dan tenaga kerja bertambah dengan penggunaan biodiesel, serta dari sisi ekonomi dibahas terkait bagaimana produktivitas dan nilai tambah biodiesel," pungkas Herbert.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: