Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Om Ben: Mencari Cuan dari Saham Receh, Yang Gak Recehan

KOL Stories x Om Ben: Mencari Cuan dari Saham Receh, Yang Gak Recehan Kredit Foto: Instagram/Om Ben
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata receh memiliki arti sebagai 'uang dengan nominal kecil'. Namun sekarang ini, kata tersebut menjadi populer di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu digunakan untuk menggambarkan suatu hal yang sepele, murahan, atau tidak berkualitas.

Di pasar modal, juga terdapat istilah saham receh atau penny stock. Saham ini merupakan saham-saham lapis tiga yang memiliki nilai kapitalisasi di bawah Rp500 miliar (small cap). Dengan kapitalisasi yang rendah, harga-harga saham tersebut pun cenderung murah berkisar antara puluhan rupiah saja hingga kurang dari seribu rupiah.

Baca Juga: KOL Stories x Alfredo Gusvirli: Cut Loss, Penting Dilakukan tapi Suka Gak Tega!

Murahnya harga saham membuat pelaku pasar yang memiliki modal jumbo bisa dengan mudah mempermainkan harga saham-saham receh. Alhasil, saham receh pun memiliki volatilitas yang tinggi karena pergerakannya yang liar. Nah, melihat pergerakannya yang liar, saham-saham receh mempunyai potensi besar yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Pasalnya, saham receh ini bisa mengalami kenaikan hingga 35% untuk kisaran harga Rp50-Rp200 per saham dan 25% untuk harga Rp200-Rp5.000 per saham. Bahkan, kenaikan bisa terjadi dalam beberapa hari perdagangan.

Makanya, jika diakumulasi, saham receh ini bisa melejit hingga ratusan persen dalam waktu yang singkat saja. Kondisi itu juga membuat saham receh ini identik dengan saham gorengan.

Akan tetapi, yang perlu dipahami oleh para investor apabila sudah memilih untuk trading saham receh, terdapat risiko yang besarnya setara dengan potensinya. Meski berisiko, trading saham receh bila dilakukan dengan baik maka bisa mendatangkan keuntungan yang tidak main-main.

Untuk itu, pada program KOL Stories kali ini Warta Ekonomi mengangkat tema Mencari Cuan dari Saham Receh, Yang Gak Recehan dengan mengundang Om Ben sebagai narasumber. Om Ben merupakan full time trader yang juga menjabat sebagai CEO Para Pencari Cuan (PPC) yang sering memberikan edukasi kepada masyarakat melalui kanal Youtube PPC.

Kedisiplinan dan mau belajar di masa pandemi pada akhirnya membuat porto Om Ben dari Rp120 juta menjadi Rp1 miliar di November 2020 dan terus bertumbuh konsisten sampai saat ini. Ia pernah mengikuti hots championship season 4 di Juli 2021 di kategori kelas premiere dan berhasil menjadi juara 1 dengan return 807%. Kini, ia menjadi mentor di hots championship season 5 dan 6.

Mendengar cerita kesuksesan Om Ben, membuat kami jadi penasaran, sebenarnya bagaimana awal mulanya Om Ben masuk ke dunia pasar modal?

Sebenarnya keluarga saya bukan yang paham betul dunia saham. Saat itu, saya diajak teman untuk terjun ke pasar modal. Awalnya skeptis dan pesimis, apakah benar-benar bisa menjanjikan profit atau hanya menghilangkan uang saya saja.

Karena saya buta pengetahuan seputar pasar modal sehingga saya memulainya dari nol. Kemudian selama di perjalanan masuk ke pasar modal, saya makin mengerti akan potensi yang cukup bagus untuk investasi.

Om Ben ini menjadi salah satu trader yang memiliki kemampuan ciamik dalam meraup cuan dari saham gorengan, di mana saham gorengan ini identik dengan saham receh. Apa alasannya?

Alasannya simpel, karena modal saya kecil sehingga saya harus bermain di saham-saham receh. Awalnya saya memang belajar di saham-saham big caps seperti BBRI, PTBA, atau ADARO. Namun, seiring berjalannya waktu, saya merasa untuk mencari profit harus butuh waktu yang panjang, sedangkan di bulan Februari 2018, sebanyak 50% persen profit yang sudah saya kumpulkan habis dalam waktu satu minggu. Jadi saya berpikir, apakah ada cara lain untuk mendapatkan profit?

Ternyata, ada saham gorengan yang jika kita mengerti cara bermainnya, kita bisa mengubah uang kecil menjadi uang besar. Tentu saja berkat volatilitasnya yang tinggi dan harganya yang di bawah 1.000 hingga 500, sehingga dengan dana kecil saja kita bisa bermain. Namun kembali diingat, ketika harganya turun, risikonya besar sekali.

Apa boleh dijelaskan lebih lanjut apa sih saham receh itu? Apakah saham receh berbeda dengan saham gorengan?

Saham gorengan itu biasanya saham yang bergerak naik tidak sesuai dengan fundamentalnya. Jadi, bisa saja laporan keuangan perusahaannya busuk, tetapi harga sahamnya naik terus. Atau harga sahamnya naik karena terkait suatu pemberitaan.

Sementara, saham receh itu lebih ke arah harganya yang murah, misalnya di bawah 100. Jadi, ada beberapa saham memiliki likuiditas yang kecil. Kalau seperti itu maka rentan digoreng.

Apakah saham receh ini cocok untuk investor pemula yang bermodal kecil? 

Kalau teman-teman mau mencoba bermain saham gorengan itu silakan. Coba saja beli 10 lot saham receh. Tujuannya agar teman-teman mengerti volatilitasnya sehingga mendapat pelajaran. Setelah itu lihat, apakah cocok bermain saham gorengan atau tidak. Hal ini karena volatilitasnya sangat tinggi.

Lalu, bagaimana tips dan trik untuk meraup cuan di saham receh? Apa sih kuncinya supaya kita bisa mendulang cuan?

Kalau ditanya tips dan trik, teman-teman harus mengerti dahulu dasar untuk masuk ke saham tersebut. Apakah kalian hanya ikut-ikutan saja atau sudah memiliki analisanya? Saran saya, kalian harus paham analisisnya, seperti teknikal, fundamental, bandarmology, atau broker summary.

Baca Juga: KOL Stories x Coffee Meets Stocks: Senjata Perangnya Para Investor dan Trader

Penting juga mengetahui risikonya, kapan waktunya untuk cut-loss dan berapa persen yang harus dipersiapkan kembali. Saya biasanya melihat support dan ressist-nya, juga tren apakah perusahaan tersebut sedang uptrend atau downtrend.

Selama teman-teman paham analisanya dan mengetahui risikonya, maka tidak akan jadi masalah. Itu membutuhkan jam terbang sehingga lama-kelamaan kalian bisa paham cara bermainnya.

Saham receh memiliki volatillitas yang tinggi, tetapi bisa menghasilkan cuan yang luar biasa dan pastinya juga dibayangi oleh risiko yang besar pula. Jadi, bagaimana cara meminimalisasi risiko ketika trading si saham receh?

Tentu saja, kita harus melihat average buy di harga berapa? Jadi misalnya ada satu broker yang dominan membeli sebuah saham di area 70 dengan harga saat ini di angka 73. Artinya, sekarang kita bisa melihat risikonya yang masih kecil. Namun, ketika harganya mencapai 77, sedangkan pembelinya rata-rata di angka 70, risikonya besar.

Hal seperti ini akan saya hindari. Saya tunggu hingga mereda atau mungkin mereka melakukan average up, baru saya memutuskan untuk masuk. Namun, kalau dilihat dari TA tentu saja saya juga melihat support resist, di mana support kuatnya dan di mana resist kuatnya.

Menjelang penutupan tahun, terjadi fenomena window dressing. Bagaimana kira-kira nasib saham recehan ini?

Berbicara window dressing ini sebenarnya IHSG sudah mulai bergerak secara bullish dengan menguji all time high dan saat ini membentuk konsolidasi. Saat ini, kondisi IHSG sedang sideways di pucuk. Kalau kalian mengalami koreksi berarti kalian telat membelinya. Situasi ini masih ada potensi, tentu saja saat membeli menggunakan strategi piramida entry, yaitu ketika hijau jangan dikejar.

Saham andalan window dressing itu jelas, yaitu perbankan seperti BBRI dan BBCA. Itu secara historical kinerjanya sangat bagus sekali di akhir tahun. Untuk BBRI sendiri sedang konsolidasi di angka 4.200-4.300. Kalian bisa memanfaatkan untuk mencicil di saat sedang terjadi koreksi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: