Laporan Terbaru Mambu: 75% Konsumen Perbankan APAC Gunakan Perbankan Digital
Platform perbankan cloud Saas, Mambu, dalam laporan terbarunya menyampaikan bahwa kini tiga perempat (75 persen) konsumen perbankan di APAC mengaku lebih cenderung menggunakan perbankan digital dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Dalam laporan Kelompok pengguna layanan keuangan yang perlu Anda ketahui (The financial tribes you need to know) mengungkapkan data bahwa hampir dua pertiga (65 persen) konsumen di APAC benar-benar memanfaatkan layanan perbankan digital selama 18 bulan terakhir dan dua dari lima nasabah di seluruh dunia mulai menggunakan perbankan digital untuk pertama kalinya akibat situasi pandemi.
Baca Juga: Tak Hanya Dalgona dan Croffle, Pandemi Juga Munculkan Kebiasaan Baru dalam Transaksi Perbankan
Sebagai artikel terbaru dalam serial ‘Disruption Diaries’ (Diari Disrupsi) milik Mambu, laporan tersebut mensurvei 4.500 konsumen di seluruh dunia dan mengidentifikasi kemunculan lima ‘kelompok’ pengguna keuangan baru yang perlu dicermati oleh dunia perbankan pasca pandemi.
Eugene Danilkis, CEO di Mambu, menyatakan setiap kelompok-pengguna keuangan menyingkap pola adaptasi perilaku konsumen dan langkah antisipatif yang harus ditempuh oleh bank untuk tetap menjadi yang terdepan.
“Segmentasi nasabah konvensional dalam layanan keuangan sudah tidak berlaku lagi. Model tunggal untuk semua kategori atau yang lebih dikenal dengan demografi sederhana, yang membagi nasabah berdasarkan jumlah nominal pendapatan, menjadi sia-sia belaka di dunia keuangan yang terbuka dan kaya data,” ujarnya.
Husni Fuad, Manajer Umum Mambu di Indonesia, menjelaskan bahwa riset ini sangat relevan bagi pasar Indonesia mengingat cepatnya arus perubahan transformasi ketika kita menghadapi dan keluar dari pandemi.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen di Asia Pacific sudah sangat memahami manfaat layanan keuangan digital, di mana 26% diantaranya menikmati berbelanja online setiap pekan atau setiap hari jika dibandingkan dengan sebelum pandemi yang hanya 16%. Selain itu, 42% di antaranya menggambarkan bahwa kebiasaan berbelanjanya merupakan sesuatu yang spontan atau sangat spontan.”
“Survei ini juga mengidentifikasi bahwa konsumen di APAC juga suka “memegang” uang, dengan lebih dari 71 persen di antaranya memilih investasi daripada membelanjakan uang. Dunia perbankan Indonesia dapat memanfaatkan survei ini untuk lebih memahami perilaku nasabah mereka pasca pandemi,” tambahnya.
Tom Cheesewright, Futuris Terapan, juga menjelaskan jika industri perbankan dan keuangan, yang merupakan “legasi” dalam industri ini, benar-benar oleng akibat tuntutan digital yang datang begitu mendadak dan bagai air bah.
Selain itu ia memaparkan jika dampak karantina wilayah (lockdown) global benar-benar melecut dunia untuk menjelang masa depan digitalnya sendiri sehingga melahirkan perubahan sikap yang begitu mendadak terhadap perbankan online, yang sebelumnya diprediksi akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
“Bank-bank dengan rencana transformasi yang bertumpu pada asumsi-asumsi pra-COVID pun ramai-ramai ditinggalkan para nasabah yang telah menemukan cara baru dalam mengelola dana mereka selama pandemi, sesuai potret ‘kelas’ yang teridentifikasi di dalam laporan. Kini lembaga keuangan menghadapi tekanan untuk membuktikan bahwa mereka mampu memberikan layanan yang beretika, efisien dan inovatif,” tutup Tom.
Untuk lebih lengkapnya, silakan unduh laporan Kelas keuangan yang perlu Anda ketahui (The financial tribes you need to know) di sini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: