Lebih lanjut Bintoro sampaikan bahwa ekosistem bisnis pedesaan ini tak mudah, sehingga perlu adanya kolaborasi dengan lembaga yang menaunginya agar ekosistem bisnis pedesaan ini bisa berkelanjutan.
"Saya berharap program ini nantinya akan mencetak CEO-CEO baru dari desa dan muncul inovasi-inovasi yang produknya bisa dipasarkan secara nasional dan global. Karena program IPB sebelumnya di Jawa Barat sudah ekspor ke 11 negara, mudah-mudahan ini juga bisa dilakukan di Riau,” ungkap Bintoro.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa pengembangan program ekosistem bisnis pedesaan butuh sinergitas antara petani, pelaku usaha dan BUMDes agar produk inovatif desa ini bisa terus berkembang.
"Semoga dari pelatihan ini masyarakat lebih inovatif dalam menciptakan produk olahan yang memiliki mutu dan kualitas baik. Sehingga di Bengkalis tak hanya lingkungannya saja yang terjaga tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat” harap Yusuf.
Tambah Yusuf, meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk salah satu tujuan program restorasi gambut yang dilakukan BRGM melalui revitalisasi ekonomi. "Juga terintegrasi dalam Program Desa Mandiri Peduli Gambut dan Desa Mandiri Peduli Mangrove, "pungkas Yusuf.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat