Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) meminta masyarakat dunia khususnya Indonesia untuk senantiasa waspada terhadap gerakan dan aksi keji terorisme, seperti yang terjadi di Mumbai, ibukota financial sekaligus kota terbesar di India 13 tahun silam, tepatnya 26 November 2008.
Luka akibat serangan di Mumbai oleh teroris yang menggunakan senjata tempur A-K 47, AKM dan A-K 74 di lima lokasi berbeda yang menciptakan tragedi berdarah di India dan menewaskan 166 orang, 25 di antaranya adalah turis asing, masih dirasa basah, belum mengering dan dipastikan akan membekas bagi segenap bangsa dan rakyat India.
Para teroris melakukan serangkaian serangan di stasiun kereta api Chhatrapati Shivaji Terminus (CST) yang ramai, dua hotel bintang lima bintang yaitu Oberoi/Trident dan Taj Mahal Palace, Kafe Leopold, Rumah Sakit Cama, gedung pusat komunitas Yahudi Chabad House dan kantor polisi.
Ke-esokan harinya, Kamis (27/11) pasukan elite India dilaporkan menyerbu hotel Oberoi dan Taj Mahal serta pusat komunitas Yahudi, tempat para pelaku melakukan penyanderaan dan berhasil membebaskan para sandera. Sabtu (29/11), Pasukan Komando India berhasil menumpas kelompok teroris yang bersembunyi di Hotel Taj Mahal.
“Hari ini tepat 13 Tahun terjadinya tragedi Mumbai, India. Peristiwa keji ini menunjukkan bahwasanya terorisme adalah musih nyata terhadap nilai-nilai kemanusiaan, bertentangan dengan nilai-nilai agama dan ketuhanan,” Kata peneliti senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Jum’at, (26/11/2021).
Sebuah kelompok yang menamakan dirinya "Deccan Mujahidin" mengaku bertanggung jawab melalui surat elektronik yang dikirimkan ke beberapa media massa sesaat setelah para teroris menyerbu Mumbai.
Berbagai lembaga investigasi, seperti FBI Amerika, dan jurnalis independen telah sampai pada kesimpulan bahwa keterlibatan Pakistan dalam hal ini Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan, telah memberikan uang, perlengkapan militer, dan panduan perencanaan strategis bagi para teroris.
Konspirator utama dalam serangan Mumbai diduga kuat adalah Kepala militer LeT Zaki-ur-Rehman-Lakhvi, yang dibebaskan dengan jaminan pada tahun 2014 setelah kasus jaksa dan setidaknya satu hakim persidangan dikabarkan menerima ancaman pembunuhan.
“Cara-cara teror seperti ini jelas tidak dibenarkan oleh hukum negara manapun bahkan dilarang oleh agama apapun di muka bumi ini,” tutur Solissa.
Penangkapan jihadis Pakistan-Amerika tahun 2009, David Headley, karena dianggap ikut merencanakan serangan Mumbai, mengungkapkan bahwa seorang perwira ISI yang bertugas mengidentifikasi 'Mayor Iqbal' telah membayarnya $28.500.
Semua hal ini memperkuat dugaan keterlibatan ISI dan LeT dalam Serangan Mumbai. Namun sayangnya, 13 tahun kemudian, kasus tersebut tetap tidak terpecahkan dan telah dipindahkan dari Pengadilan Teror Lahore ke Pengadilan Teror Islamabad.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: