Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Sukses Menjadi Penyelenggara Pertama Cup of Excellence di Asia

Indonesia Sukses Menjadi Penyelenggara Pertama Cup of Excellence di Asia Kredit Foto: COE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah melalui seleksi ketat selama 90 hari, 36 petani kopi Indonesia berhasil lolos seleksi Cup of Excellence (COE) yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia bahkan Asia. Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, kopi Indonesia telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat kopi dunia. Keberagaman varietas, daerah penghasil, proses paska panen hingga kearifan lokal yang dibawa setiap kopi dari Indonesia, menjadikannya unik dan menarik. 

Hanya berbekal keunikan saja tentu tak cukup, perlu ada upaya lain untuk memaksimalkan daya tarik kopi Indonesia di mata penikmat kopi dunia, yaitu dengan menyelenggarakan kompetisi Cup of Excellence atau COE. 

Baca Juga: Flash Coffee Angkat Kopi Jawa di Hari Kopi Internasional

Dimulai sejak 1999 di Brazil, Cup of Excellence telah menghasilkan ratusan ribu dollar bagi tiap tiap negara peserta. Kopi-kopi pemenang kompetisi dijual melalui mekanisme lelang daring yang diikuti oleh pembeli dari seluruh dunia.

Dengan mayoritas hasil lelang diterima langsung oleh peserta pemenang lelang. Mekanisme kompetisi membuat Cup of Excellence mempelopori terbentuknya industri kopi yang berkelanjutan, transparan dan berintegritas. Keterbukaan akses informasi dan ketelusuran yang menjadi salah satu nilai yang dijunjung tinggi oleh Cup of Excellence telah banyak menghasilkan hubungan antara pembeli dan penghasil kopi yang lebih terbuka, membawa perbaikan terhadap model ekonomi dari negara penghasil kopi, serta memotivasi petani kopi untuk meningkatkan mutu hasil kopi mereka.

“Cup of Excellence terbuka bagi seluruh negara penghasil kopi melalui mekanisme lisensi yang dipegang haknya oleh Alliance for Coffee Excellence (ACE) yang berkedudukan di Portland, Amerika Serikat. Lisensi meliputi sistem dan standard kompetisi, akses kepada lelang dan pembeli yang merupakan anggota terdaftar ACE,” ungkap Country Coordinator, Andi Widjaja. Setiap negara yang menyelenggarakan Cup of Excellence diwajibkan mengikuti tata laksana, peraturan, standard dan sistem kompetisi yang ditetapkan dalam Cup of Excellence serta menjunjung tinggi transparansi dan integritas. 

Hingga tahun 2020, Cup of Excellence telah diselenggarakan oleh 13 negara penghasil kopi di dunia. Pada tahun 2021 ini, Indonesia dan Ekuador akan bersama sama masuk ke dalam jajaran negara penyelenggara COE.

Berlokasi di Bandung, sejak 2 Agustus 2021 silam, kompetisi CUP OF EXCELLENCE yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia, mulai menerima sampel pra seleksi dari para petani kopi di seluruh Indonesia. 

Penerimaan lot kualifikasi nasional mulai dilakukan pada 13 Oktober hingga 6 November 2021. 

“COE adalah kompetisi kopi berskala internasional yang dilakukan berdasarkan standar internasional untuk pelaku industri sektor hilir. Indonesia baru pertama kali melakukannya, sekaligus menjadi negara pertama di Asia. Cup of Excellence adalah kompetisi paling bergengsi untuk mencari kopi berkualitas tinggi dari sebuah negara penghasil kopi," jelas anggota steering committee Michael Utama.  

Standart kompetisi yang dimiliki oleh Cup of Excellence adalah yang tertinggi dalam industri kopi specialty. Setiap tahunnya, ribuan sampel kopi didaftarkan untuk kompetisi, untuk kemudian dinilai oleh panel juri terkalibrasi dengan sistem yang diawasi oleh auditor professional yang akan memastikan setiap kopi dinilai secara netral dan bebas dari bias. 

Setiap kopi yang didaftarkan diwajibkan mengikuti syarat administratif yang akan menjamin ketelusuran kopi tersebut. Sembilan orang juri dikerahkan untuk melakukan penjurian selama pekan penjurian pra seleksi yang berlangsung selama 4-8 Oktober 2021. Mereka adalah Christian Hidajat, Kristian Batafor, Eriex Yohanes Prasetyo, Wiliam Edison, Andika Ajie, Laila Dimyati, Rani Kartika, Shirley Wirawan serta juri kepala yang berasal dari Kenya, Stephen E Vick.

Pada Tanggal 11-20 November yang lalu dilanjutkan penjurian ke tahap nasional setelah para peserta yang lolos mengirimkan lot mereka ke Gudang COE yang berada di Kawasan pergudangan Sentul. Terjadi perubahan susunan juri dikarenakan satu dan lain hal, dimana juri atas nama Christian Hidajat dan Andika Ajie mundur dari jajaran juri nasional dan digantikan oleh Hendra Susanto yang juga telah menempuh proses seleksi juri nasional.

Pengiriman lot ke gudang sendiri, dimaksudkan agar kopi yang dinilai dalam penjurian adalah kopi yang sama dengan yang nantinya dikirim kepada pembeli. Kopi-kopi di luar lot yang dikirimkan ke gudang ini tidak dapat dilabeli sebagai kopi COE, sekalipun berasal dari produsen yang sama. 

Kompetisi juga dilakukan bersama dengan Headjudge, Stephen Vick, asal Amerika Serikat yang bermukim di Kenya. Stephen Vick yang berprofesi sebagai procurement manager African Coffee Roaster. Stephen Vick sudah memimpin penjurian sejak tahap seleksi juri nasional, tahap pra seleksi, sampai tahap juri nasional dan tahap juri internasional yang akan datang. 

Keikutsertaan Indonesia ke dalam jajaran negara pelaksana COE, menurut Michael Utama akan menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di Asia yang menyelenggarakan COE.

“Penyelenggaraan COE di Indonesia, adalah catatan sejarah baru yang membawa harapan untuk kopi-kopi di Indonesia untuk berkembang secara benar dan baik dari segi kualitas dan juga memperkuat dari segi branding di dunia,” papar Michael mengimbuhkan. 

Pangesti Bernardus, Head of Corporate Communication Kapal Api Global berpendaat serupa. COE akan membawa dampak positif terhadap industri kopi, terutama sektor hilir akan sangat besar. 

“Nilai integritas dan transparansi yang dijunjung program ini akan membawa perbaikan dalam pola ekonomi di lapangan. Penghargaan yang layak bagi petani, kelompok tani, koperasi dan pengolah akan memberikan motivasi untuk meningkatkan mutu serta mendorong keberlanjutan. Hal ini selaras dengan berbagai inisiatif yang kami lakukan di perusahaan,” jelas Pangesti. 

Penjurian dan seleksi yang ketat dalam kompetisi ini, diyakini Andi Widjaja juga akan mendorong perbaikan kualitas kopi yang dihasilkan. Transfer pengetahuan teknis juga akan dirasakan oleh para juri lokal, penyangrai dan organisasi penyelenggara. 

“COE adalah langkah yang perlu kita ambil menuju industri kopi yang bermartabat dari hulu hingga hilir. Untuk bisa masuk kedalam tahap lelang, kopi harus masuk babak internasional. Kopi-kopi dengan nilai minimum 87 akan maju ke lelang COE, jumlahnya dibatasi maksimum 30 kopi.

Sementara kopi-kopi yang yang sudah berhasil melaju hingga babak internasional namun tidak lolos ke lelang COE, akan diikutsertakan dalam lelang National Winner Auction. Batas bawah poin untuk bisa masuk lelang National Winner Auction adalah 85 poin,” ucap Andi Widjaja memerinci. 

Selama berlangsungnya kompetisi, tiga juri nasional dipilih mewakili Indonesia dalam jajaran juri internasional. Keberadaan ketiga juri tersebut akan akan berpengaruh terhadap penilaian babak internasional (lolos tidaknya ke tahap lelang) yang akan berlangsung pada 16 Desember 2021 secara daring di Portland, Jepang, Korea, Australia, Czech, dan Denmark. 

Kebetulan ketiga juri tersebut seluruhnya perempuan, yakni Rani Kartika, Laila Dimyati, dan Shirley Wirawan. 

Pemilihan didasarkan pada tingkat detail penilaian dan konsistensi. Ada dua  lelang resmi yang dikelola langsung oleh Alliance for Coffee Excellence, yaitu  COE auction atau lelang online selama 1 hari dan National Winner Auction atau lelang online selama 12 hari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: