Setelah melewati tahun keemasan di 2021, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) diperkirakan masih bertahan di atas level US$1.000 per ton pada 2022. Harga yang stabil tinggi didorong naiknya permintaan, sementara produksi diramal tumbuh lebih rendah.
“Harga CPO diperkirakan masih berkisar US$1.000 sampai US$1.250 per ton. Perkiraan saya harga masih di atas US$1.000 per ton setidaknya sepanjang Semester I/2022 dan mungkin sampai akhir tahun,” kata Wakil Ketua Umum III GAPKI, Togar Sitanggang dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2022 Price Outlook, Kamis (2/12/2021).
Baca Juga: Tahun 2021, Masa Keemasan Industri Sawit Nasional
Lebih lanjut disampaikan Togar, produksi CPO Indonesia diperkirakan naik 2,95 persen dari 46,62 juta ton pada 2021 menjadi 48 juta ton pada 2022. Jika ditambah dengan produksi minyak kernel sawit (crude palm kernel oil/CPKO), total pasokan naik dari 51,11 juta ton menjadi 52,68 juta ton.
Togar mengatakan produksi total pada 2021 berpotensi lebih rendah daripada 2020. Harga rendah CPO pada 2019 dan fenomena La Nina membuat banyak produsen tidak melakukan pemupukan maksimal pada saat itu dan berdampak pada produksi 2 tahun kemudian.
“2022 akan diawali dengan stok yang lebih rendah. Selain itu, kuartal pertama merupakan periode di mana produksi produksi CPO terendah,” kata Togar.
Dari sisi permintaan, konsumsi domestik untuk pangan berpeluang naik 2, 94 persen dari 9,32 juta ton menjadi 9,60 juta ton. Sementara permintaan untuk industri oleokimia diperkirakan naik tipis 1,98 persen dari 7,31 juta ton menjadi 8,34 juta ton pada 2022. Kenaikan konsumsi domestik akan disumbang paling besar dari biodiesel yang diperkirakan tumbuh 13,96 persen dari 7,31 juta ton menjadi 8,34 juta ton.
Sementara untuk ekspor, Togar memprediksi ekspor produk mentah naik 6,02 persen dari 2,83 juta ton pada 2021 menjadi 3,00 juta ton pada 2022. Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada produk oleokimia yang mencapai 14,59 persen dari 3,66 juta ton di 2021 menjadi 4,20 juta ton.
“Kenaikan ekspor oleokimia mungkin tidak akan setinggi 2020 dan 2021. Pandemi belum selesai, tetapi penggunaan produk kebersihan memperlihatkan tendensi penurunan pada 2022,” jelasnya. Ekspor refined palm oil diperkirakan tumbuh tipis 0,76 persen menjadi 25,80 juta ton pada 2022. Secara total, ekspor diperkirakan naik 3,18 persen dari 33,37 juta ton menjadi 34,44 juta ton.
Togar juga menjelaskan bahwa pemakaian minyak goreng jelantah dapat menjadi alternatif sumber bahan baku biodiesel untuk mengimbangi pasokan minyak sawit yang cenderung tumbuh landai karena perluasan area perkebunan yang terbatas.
Terlepas dari produksi yang tidak naik signifikan, Togar menilai harga CPO yang stabil tinggi menjadi keuntungan tersendiri bagi industri dan pekebun sawit. Namun dia tidak memungkiri konsumen akan berhadapan dengan harga minyak goreng yang stabil tinggi.
“Ini mungkin kabar yang kurang baik bagi konsumen. Tetapi kenaikan harga diseimbangkan dengan naiknya pendapatan petani swadaya dan pendapatan masyarakat Indonesia secara umum,” kata Togar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq