Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Panik, Afrika Selatan Rilis Studinya Soal Infeksi Omicron Lemah karena...

Jangan Panik, Afrika Selatan Rilis Studinya Soal Infeksi Omicron Lemah karena... Orang-orang berbaris untuk divaksinasi COVID-19 di Lawley, selatan Johannesburg, Afrika Selatan, Rabu, 1 Desember 1021. | Kredit Foto: AP Photo/ Shiraaz Mohamed

Disebutkan setelahnya bahwa karena mayoritas orang di Afrika Selatan telah memiliki infeksi Covid-19 sebelumnya, mereka dapat memiliki tingkat kekebalan yang lebih tinggi.

Berita positif ini ikut diamini oleh penelitian dari London's Imperial College. Universitas Inggris itu menyebut risiko perlunya tinggal di rumah sakit untuk pasien dengan Omicron adalah 40-45 persen lebih rendah daripada pasien dengan Delta.

Namun, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa terlalu dini untuk menarik kesimpulan tegas ketika strain itu menyebar ke seluruh dunia.

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria van Kerkhove, mengatakan bahwa badan PBB itu tidak memiliki cukup data untuk menarik kesimpulan tegas. Datanya masih 'berantakan', katanya dalam sebuah pengarahan di Jenewa.

"Kami belum melihat varian ini beredar cukup lama di populasi di seluruh dunia, terutama di populasi yang rentan. Kami telah meminta negara-negara untuk berhati-hati, dan untuk benar-benar berpikir, terutama karena liburan ini akan datang," ujar Van Kerkhove.

Kepala WHO Eropa, Hans Kluge, di Brussel sementara itu, mengatakan bahwa untuk menentukan tingkat keparahan Omicron, peneliti perlu melihat setidaknya tiga sampai empat minggu. Kepada Reuters, Kluge juga menambahkan Omicron kemungkinan akan menjadi jenis virus corona utama di Eropa dalam beberapa minggu.

Diketahui pada Rabu, Inggris telah melaporkan lebih dari 100 ribu kasus harian baru. Lonjakan itu tercatat menjadi yang pertama sejak Inggris meluncurkan pengujian massal, membuat banyak industri berjuang dengan kekurangan staf karena pekerja mengasingkan diri.

Hampir senasib dengan Inggris, Prancis melaporkan hingga 84.272 infeksi baru dalam 24 jam terakhir, level tertinggi sepanjang masa.

"Tidak ada keraguan bahwa Eropa sekali lagi menjadi pusat pandemi global. Ya, saya sangat prihatin, tetapi tidak ada alasan untuk panik. Kabar baiknya adalah... kita tahu apa yang harus dilakukan," kata Kluge.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Adrial Akbar
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: