Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Turis yang Terjebak dalam Kekerasan Kazakhstan Beri Kesaksian: Kami Ingin Pergi...

Turis yang Terjebak dalam Kekerasan Kazakhstan Beri Kesaksian: Kami Ingin Pergi... Kredit Foto: Reuters/Melaniya Pavlova
Warta Ekonomi, Almaty -

Melaniya Pavlova, 21 tahun, warga negara ganda Rusia-Amerika, mengunjungi Almaty, Kazakhstan, dengan beberapa teman minggu ini untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seorang teman yang merencanakan perjalanan ke Australia.

Tapi kemudian protes mengguncang negara itu, mengandangkan pesawatnya kembali ke Moskow. Setelah menghabiskan satu malam di dalam pesawat, Pavlova dan teman-temannya tidak punya banyak pilihan selain tetap di Almaty, kota terbesar di bekas republik Soviet.

Baca Juga: Di Balik Ketegangan Mematikan Kazakhstan, Harga Uranium Meroket Gila-gilaan!

Berbicara melalui telepon dari hotelnya di Almaty, Pavlova mengatakan kepada Reuters bahwa dia khawatir dengan suara tembakan dan penjarahan yang terdengar jelas di sekitarnya.

Pada Kamis (6/1/2022), ketika protes kekerasan menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda, Rusia menyerbu pasukan terjun payung dan polisi di Almaty mengatakan mereka telah membunuh puluhan perusuh semalam.

"Kami tidak tahu bagaimana meninggalkan negara ini sekarang," kata Pavlova, dilansir Reuters.

Penerbangan komersial dibatalkan karena pengunjuk rasa secara singkat mengambil alih bandara. Beberapa kereta juga dibatalkan, dan dia khawatir moda perjalanan mungkin tidak aman.

"Sangat menakutkan bahwa ada penjarahan yang terjadi. Kami ingin pergi ke Bishkek (di Kirgistan) dan kemudian kembali ke Moskow, tetapi di luar sana berbahaya dan kami tidak benar-benar ingin mengambil risiko," ujar Pavlova.

Pavlova tiba di Almaty Minggu lalu setelah menghabiskan liburan Tahun Baru bersama keluarganya di Moskow.

Setelah protes meletus, teman-temannya - termasuk yang seharusnya bepergian ke Australia - memesan penerbangan Rabu malam kembali ke Moskow.

Tapi "saat kami memeriksa barang bawaan kami, seluruh sistem rusak karena internet terputus," katanya.

Setelah mengantri selama dua jam, mereka diberi tiket tulisan tangan dan naik ke pesawat.

"Tetapi kemudian para pengunjuk rasa mengambil alih kendali darat dan pilot tidak ingin tanggung jawab lepas landas. Jadi, bersama dengan pesawat lain ke Turki, Tbilisi dan Bishkek, kami terjebak."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: