Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Elektronik Loket PT Telkom Jadi Tumpuan Desa Wisata Stone Garden Cipatat

Elektronik Loket PT Telkom Jadi Tumpuan Desa Wisata Stone Garden Cipatat Kredit Foto: Telkom Indonesia
Warta Ekonomi, Denpasar -

Sekalipun baru beberapa bulan digunakan, penggunaan Elok (Elektronik Loket) sebagai bagian solusi Smart Village Nusantara dari Tribe Smart Village & Community PT. Telkom di Desa Wisata Stone Garden, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), telah menciptakan berbagai kemudahan.

Sukmayadi, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Stone Garden, Padalarang, KBB, yang juga Ketua Pokdarwis Jabar mengatakan, pihaknya baru menggunakan Elok per November 2021 guna mendata seluruh pendapatan pada wisata alam gunung kapur tersebut.

Baca Juga: Perkuat Ekonomi Digital Indonesia, Telkomsel Bentuk Anak Perusahaan Baru

"Keuntungan utamanya adalah semua terpantau hanya di gadget tanpa perlu tiap hari saya ke lokasi lagi. Dulu tiap sore saya harus ke sini untuk mengecek keuangan, sekarang bisa lihat dari mana saja," katanya di sela-sela kunjungan Staff Ahli Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo dalam keterangan resminya, Rabu (19/1/2022).

Selain Samsul, turut hadir Fujiartanto sebagai Kepala Pusat Pelatihan SDM Desa Daerah Tertinggal Transmigrasi dan Lalu Samsul Hakim (Kepala Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Daerah Tertinggal Transmigrasi).

Menurut Sukmayadi, keuntungan utama lainnya adalah munculnya rasa saling percaya antarpengelola karena semuanya trasparan dan bisa saling pantau. Sebelumnya, hal ini sempat mencuat jadi kendala operasional karena ketiadaan alat.

Elok diprediksinya makin membuat pengelolaan wisata alam ini makin maju. Rata-rata kunjungan per tahun 110 ribu, termasuk tidak ada penurunan selama pandemi tahun 2020-2021 yang masing-masing mencapai 116 ribu dan 120 ribu.

"Ke Stone Garden tidak menurun kunjungan karena prokes tetap dijalankan, dan ini wisata outdoor. Ini pun pendapatan selama 17 hari, berkat Elok, terpantau sudah masuk Rp27 juta yang akan kami kembalikan ke masyarakat sekitar," sambungnya.

Selain itu, banyak sponsor untuk objek wisata seperti kopi dan minuman kemasan yang tak ragu menjalin kerja sama setelah melihat data-data dari dashboard Elok. Padahal, proposal kegiatan pun belum diberikan. Sebelumnya, kata dia, pihaknya sudah pernah menggandeng penyedia teknologi lainnya untuk digitalisasi tiket tersebut. Akan tetapi, pihaknya malah merasa dirugikan karena banyak pembatasan pola transaksi yang akhirnya dibatalkan di tengah jalan.

"Buat kami, Elok itu kian mendorong visi kami bahwa objek wisata sebagus apapun kalau tidak sejahterakan masyarakat, itu ciri tidak berhasil. Kami sejak mulai beroperasi, selalu sisihkan pendapatan untuk kas RT, RW, hingga biaya kematian warga," ujarnya.

Dirinya akan mendorong Pokdarwis di KBB, termasuk yang dirinya juga menjadi Ketua Pokdarwis Gua Pawon, ataupun pada tempat lainnya di KBB, agar bersama menggunakan Elok ke depannya. Terlebih, semua Pokdarwis pun sudah diberi bantuan laptop oleh Bupati KBB Hengky Kurniawan baru-baru ini.

Adapun Kades Gunung Masigit Tarkopa menambahkan, Elok membuat anggaran kegiatan pariwisata menjadi sangat terkontrol. Sebab, aliran keuangan jadi terlihat sehingga harapannya tidak berhenti digunakan di Stone Garden.

"Di desa kami ada juga objek Gua Pawon, dan yang terbaru adalah Halimun untuk motor cross hasil kerja sama pengelola dengan Perhutani. Harapannya, nanti Dana Desa dari pusat bisa kami gunakan untuk digitalisasi ini. Jadi, beres Elok bisa gunakan layanan SVN untuk bidang pelayanan masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, Staff Ahli Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo mengatakan, aplikasi Elok adalah hal yang tak terhindarkan di era digital ini. Akan tetapi, jangan sebatas modernisasi alat.

"Dengan Elok, betul memang pendapatan langsung terpantau dan terlihat rekap Excel-nya. Namun, yang lebih penting adalah bahwa ini Pokdarwis jadi tahu karakter pengunjung, jam berapa masuk ke objek, rombongan apa keluarga, dan lainnya. Rata-rata mereka masuk kan jam 11 siang. Nah, pengelola sudah harus antisipasi makan siang berapa banyak, jadi terbangun ekosistem wisata yang baik," ungkapnya.

Senada, Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture PT Telkom Insan Purnama mengatakan, Telkom mencoba membantu desa-desa wisata yang memungkinkan seluruh data dianalisis. Sebab, keuangan yang terekam memang penting, tetapi pola prilaku wisatawan juga lebih penting.

"Elok merupakan pintu masuk digitalisasi Desa Gunung Masagit dengan pengimplementasian sektor lainnya pada tata kelola pemerintahan, tata sosial, dan ekonomi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: