Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kinerja sektor perbankan menunjukkan tren perbaikan meskipun masih berada dalam masa pandemi. Hal ini ditunjukkan oleh kredit yang mampu tumbuh positif 5,24% yoy selama 2021, setelah di tahun 2020 mengalami kontraksi minus 2,41% yoy.
"Risiko kredit juga terkendali terlihat dari rasio non performing loan (NPL) pada level 3% dan cenderung turun dari tahun lalu (2020 3,06%)," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam acara Media Group Network Summit 2022 di Jakarta, Kamis (27/1/2022).
Dalam masa pandemi Covid-19 ini, lanjut Dia, kredit terdampak Covid-19 yang direstrukturisasi juga terus melandai sejalan dengan perbaikan ekonomi nasional. Per Desember 2021, kredit restrukturisasi Covid-19 turun menjadi Rp663,49 triliun terhadap 4 juta debitur, dimana dari jumlah tersebut telah dibentuk pencadangan sebesar 16% (Rp106,2 triliun). Baca Juga: Ada Teknologi Metaverse, Industri Perbankan Makin Diuntungkan
"Permodalan (CAR) perbankan juga terjaga dengan baik dan berada jauh di atas threshold minimum, yaitu sebesar 25,67% dengan likuiditas yang ample, didukung juga dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 12,21%," paparnya.
Sementara di pasar modal, kinerjanya juga telah pulih kembali seperti pada level pra-pandemi, dimana per 26 Januari 2022, IHSG telah mencapai 6.600,82 (naik 0.29% ytd).
Di akhir tahun lalu, positifnya performa bursa saham Indonesia telah mendapatkan apresiasi luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan di mana capaian IHSG tersebut merupakan peringkat ke-3 terbaik di kawasan Asia.
"Sedangkan nilai kapitalisasi pasar di akhir tahun 2021 yang mencapai Rp8.252 triliun merupakan yang terbaik kedua di lingkup ASEAN, setelah bursa saham Thailand," kata Wimboh.
Investor di pasar modal juga melonjak cukup signifikan menjadi 7,5 juta di akhir 2021 lalu, naik sebesar 93% dari tahun 2020, dimana lebih dari 80% adalah investor milenial. Selain itu, penghimpunan dana di pasar modal juga terus menunjukkan tren peningkatan.
"Kami mencatat di akhir tahun lalu, penghimpunan dana telah mencapai Rp363,3 triliun, atau naik 206% dari tahun 2020. Pertumbuhan penghimpunan dana di bursa saham domestik ini menjadi yang terbaik di kawasan Asia Pasifik, dimana ratarata pertumbuhan penghimpunan dana di kawasan tersebut hanya sebesar 171%," ucap Wimboh.
Selanjutnya, stabilitas di sektor IKNB juga terjaga dengan baik, didukung permodalan yang cukup kuat. Kondisi ini ditunjukkan oleh Risks Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa (539,8%) dan asuransi umum (327,3%), jauh di atas threshold sebesar 120%. Gearing ratio Perusahaan Pembiayaan juga menurun (1,98 kali), jauh di bawah batas maksimum (10 kali).
"Risiko kredit di Perusahaan Pembiayaan terpantau stabil dengan Non Performing Financing (NPF) di level 3,53%, setelah sebelumnya sempat di atas 5% pada tahun 2020," katanya.
Menurut Wimboh, menurunnya NPF ditopang oleh kebijakan restrukturisasi pembiayaan. Hingga 17 Januari 2022, restrukturisasi perusahaan pembiayaan mencapai Rp220,38 triliun dari 5,23 juta kontrak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman