Analisis Ahli Konflik Rusia-Ukraina Tak Mengarah Perang Dunia III karena...
Kredit Foto: Reuters/Sergey Pivovarov
Konflik Rusia-Ukraina selama beberapa bulan terakhir menjadi perhatian dunia. Apalagi Amerika Serikat (AS) dan banyak negara Eropa turut memberi tekanan agar jangan sampai Rusia melakukan serangan ke Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin dianggap tak rela Ukraina masuk NATO.
Kekhawatiran meningkat usai Rusia kemudian menempatkan pasukannya yang berjumlah lebih dari 100.000 personel militer di jalur perbatasan dengan Ukraina. Meski Rusia menyatakan bahwa penempatan militer itu hanya cara untuk melakukan latihan militer termasuk dengan negara sekutu mereka seperti Belarusia.
Baca Juga: Lawan Ketakutan atas Rusia, Rakyat Ukraina Terang-terangan Berani Lakukan...
Apalagi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengingatkan bahwa Rusia bisa menginvasi Ukraina kapan saja kemudian menarik seluruh awak Kedubesnya dari Kiev. Hal ini bahkan diikuti oleh sejumlah negara.
Sementara pemimpin Eropa seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan PM Inggris Boris Johnson juga bertemu langsung dengan Presiden Putin untuk memastikan tak ada penambahan eskalasi ketegangan antara Ukraina-Rusia itu.
Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat.
Sejumlah pihak kemudian mereka-reka dan mengkhawatirkan pecah perang akan bisa mengarah pada perang dunia berikutnya. Namun menurut Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Hariyadi Wirawan, konflik ini skalanya belum cukup besar.
"Saya rasa untuk sampai ke sana (PD III) masih belum, masih cukup kecil. Bahkan Ukraina sendiri terlihat ragu-ragu untuk meneruskan aplikasinya sebagai anggota NATO. Apalagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bukan Presiden yang sangat kuat," kata Hariyadi kepada VIVA saat dihubungi Rabu petang.
"Dia (Zelensky) mengalami tekanan berat dari banyak pihak dari Barat maupun Timur. Barat maksudnya Amerika Serikat dan kawan-kawannya, Timur maksudnya Rusia," lanjut pengkaji soal Rusia dan Eropa Timur tersebut.
Hariyadi menjelaskan memang Rusia jelas tak akan suka jika Ukraina masuk NATO. Oleh karena itu penempatan militer di perbatasan di sana semacam peringatan agar jangan sampai Ukraina masuk NATO.
Pasalnya negara-negara eks Pakta Warsawa yang bergabung dengan NATO notabene selama ini bak akan menjadi masalah bagi Rusia.
"Rusia keberatan dengan Ukraina menjadi anggota NATO adalah secara geografis Ukraina berada di dalam wilayah atau hotline dari Rusia. Ini yang menyebabkan Putin tidak bisa menerima kenyataan karena itu akan membahayakan Rusia secara umum," lanjutnya.
Apalagi kata dia masuk NATO sebenarnya bukan semata keinginan kuat Ukraina namun karena ada dorongan dari AS. Meski demikian saat ini eskalasi ketengan menurun setelah sebagian pasukan Rusia ditarik lantaran bak sudah ada pembicaraan Ukraina-Rusia.
"Rusia menarik pasukan ini dan peralatannya mestinya ada pemahaman dan pengertian bersama bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO. Ukraina akan sangat repot sekali jika menjadi anggota NATO dan Rusia pasti akan nyerang," katanya lagi.
Diketahui, Rusia kemarin memutuskan untuk menarik kembali sebagian pasukannya dari jalur pebatasan Ukraina. Langkah ini akhirnya dilakukan setelah ketegangan yang meningkat sejak November 2021 lalu. Belakangan kekhawatiran muncul soal apakah Rusia memang menyiapkan pasukan untuk menyerang Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pelatihan berskala besar tetap berlanjut namun memang beberapa unit akan kembali ke pangkalan militer Rusia khususnya yang ada di wilayah bagian selatan dan barat. Namun disebutkan tentara Rusia masih akan melakukan latihan dengan Belarusia pada pekan ketiga Februari mendatang sebagaimana dikutip dari laman BBC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto