Dua partai politik utama pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf masih memimpin elektabilitas. Temuan survei NEW INDONESIA Research & Consulting menunjukkan PDI Perjuangan unggul dengan meraih 15,8 persen, disusul Gerindra sebesar 11,6 persen.
Pada posisi papan tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencatatkan rekor dengan elektabilitas mencapai 5,5 persen. Tren kenaikan elektabilitas PSI terus berlangsung dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Tak Terduga! Ternyata Ini Sosok yang Bisa Hadang Anies Baswedan di Pilpres 2024
"Elektabilitas PDIP dan Gerindra unggul, sedangkan PSI mencapai rekor sebesar 5,5 persen," ungkap Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (16/2).
Sebetulnya PDIP mengalami tren penurunan elektabilitas dalam kurun setahun terakhir, tetapi masih tetap unggul.
"Dalam beberapa kesempatan, elite PDIP kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah, demi menjaga elektabilitas," lanjut Andreas.
Gerindra bertahan pada urutan kedua dengan elektabilitas cenderung stabil. Sementara itu Golkar kembali menempati urutan ketiga, meskipun sempat berfluktuasi, dan kini meraih elektabilitas 8,5 persen.
PDIP, Gerindra, dan Golkar menjadi partai-partai pendukung kuat pemerintahan Jokowi-Ma’ruf periode kedua. Pada periode sebelumnya Gerindra menjadi oposisi, tetapi kini memutuskan bergabung dalam barisan pemerintah.
PSI yang juga termasuk dalam koalisi pemerintah belum meraih kursi dalam debut pertama pada Pemilu 2019. "Tren kenaikan elektabilitas yang dinikmati PSI memberi peluang bagi partai anak muda milenial tersebut lolos threshold pada 2024 mendatang," tandas Andreas.
Baca Juga: Bukan Ganjar atau Anies, Berdasarkan Survei, Ini Dia Sosok yang Dianggap Cocok Lanjutkan Jokowi
Parpol-parpol papan tengah lainnya cenderung mengalami fluktutasi, yaitu PKB (7,5 persen), Nasdem (5,3 persen), Demokrat (5,0 persen), dan PKS (4,8 persen).
"Demokrat dan Nasdem sempat mencatat rekor kenaikan, tetapi kemudian menurun lagi," lanjut Andreas.
Berikutnya ada PPP (2,0 persen), Partai Ummat (1,4 persen), PAN (1,3 persen), dan Partai Gelora (1,1 persen). "Pada pemilu terakhir suara PPP tipis di atas parliamentary threshold 4 persen, sehingga terancam tidak lolos," ujar Andreas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar