Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiludin Ritonga menilai pengaturan toa masjid yang disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berikut pernyataannya yang membandingkan suara azan dan suara gonggongan anjing sudah kelewatan.
"Pernyataan tersebut tentu tak pantas disampaikan seorang menteri. Sebagai pejabat publik, seharusnya bijak memilih diksi yang tidak menimbulkan multi tafsir," kata Jamiludin kepada Warta Ekonomi.
"Menganalogikan toa masjid dengan gonggongan anjing memang terbuka menimbulkan multi tafsir. Disatu sisi, masjid tempat yang suci bagi ummat Islam, sementara disisi lain anjing dinilai binatang penuh najis," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: