Rusia: Ukraina Masih Menyimpan Teknologi Senjata Uni Soviet
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Selasa (1/3), mengatakan, Ukraina telah berusaha untuk memperoleh senjata nuklir. Lavrov menyebut ini adalah bahaya nyata yang perlu dicegah.
"Ukraina masih memiliki teknologi Soviet dan sarana pengiriman senjata semacam itu. Kita tidak bisa gagal untuk menanggapi bahaya nyata ini," kata Lavrov dalam Konferensi Perlucutan Senjata yang berbasis di Jenewa.
Baca Juga: Indonesia Bisa Ketiban Untung di Tengah Perang Rusia- Ukraina, Emas Bisa Ikutan Naik
Lavrov menyampaikan pidato di peserta konferensi yang jumlahnya lebih sedikit. Karena sebagian besar diplomat termasuk Prancis dan Inggris melakukan aksi walk-out untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina. Mereka berdiri melingkar di luar pertemuan selama pidato Lavrov, sambil memegang bendera Ukraina.
Lavrov seharusnya menghadiri sesi itu secara langsung tetapi kunjungan itu dibatalkan. Pidato Lavrov dalam konferensi tersebut disampaikan melalui rekaman video. Pada pertemuan yang sama, menteri luar negeri Ukraina menuduh Rusia melakukan kejahatan perang melalui penembakan di negaranya. Ukraina menyerukan pertemuan khusus untuk membahas agresi Rusia dan senjata pemusnah massal.
Sebelumnya, pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl telah direbut oleh pasukan Rusia. Hal ini diungkapkan oleh penasihat kantor kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak.
"Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang sama sekali tidak berguna oleh Rusia. Ini adalah salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini," kata Podolyak.
Pasukan Rusia mengambil alih pembangkit listrik tenaga nuklir pada Kamis (24/2). Sumber keamanan Rusia mengatakan, beberapa pasukan militer Rusia berkumpul sebelum menyeberang ke Ukraina pada Kamis pagi. Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer.
Bencana ledakan Chernobyl di Ukraina mengirim kepulan bahan nuklir ke sebagian besar Eropa pada 1986. Ledakan terjadi setelah uji keamanan di reaktor keempat pembangkit atom mengalami kegagalan. Bencana Chernobyl menjadi salah satu kecelakaan nuklir terbesar di dunia.
Puluhan tahun kemudian, Chernobyl menjadi objek wisata. Sekitar sepekan sebelum invasi Rusia, zona Chernobyl ditutup untuk turis.
"Tragedi 1986 (bencana Chernobyl) tidak akan terulang. Ini adalah deklarasi perang melawan seluruh Eropa," ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Moskow telah melancarkan serangan darat, laut dan udara ke Ukraina sejak Kamis (24/2). Ini adalah serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: