DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI akan tumbuh 4,8% kendati ada peningkatan jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di Tanah Air. Pada triwulan I 2022, model ramalan PDB DBS, GDP Nowcast, menunjukkan kemungkinan peningkatan PDB nominal (berdasarkan atas indikator utama).
"Saat memasuki 2022, peningkatan jumlah kasus Covid kemungkinan besar tidak akan memberikan dampak terlalu besar pada prospek pemulihan," ujar Senior Economist DBS Group Research Radhika Rao di Jakarta, Rabu (2/3/2022).
Seperti diketahui, jumlah kasus Covid di Indonesia kembali melonjak dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh varian Omicron, yang sangat mudah menular. Pihak berwenang memperketat pembatasan mobilitas di Jakarta, Bandung, dan Bali ke tingkat tertinggi kedua yang mencakup pembatasan kapasitas di tempat umum selama seminggu, sebagai permulaan. Baca Juga: Menilik Potensi Metaverse, Masa Depan Ekonomi Digital
"Meskipun pembatasan ini kemungkinan ditinjau secara berkala, DBS Group Research memperkirakan pembatasan ini belum akan diperketat guna menjaga pertumbuhan dan lapangan pekerjaan, melihat indikasi bahwa ternyata varian ini tidak terlalu ganas," kata Radhika.
Lebih lanjut, katanya, sektor pariwisata juga sedang dihidupkan kembali melalui gelembung perjalanan/jalur perjalanan untuk wisatawan yang telah divaksinasi dengan negara tertentu, sembari membuka kembali pusat pariwisata, seperti, Bali.
"Pertumbuhan yang tinggi pada triwulan keempat 2021 dan ketahanan pada triwulan pertama menempatkan ekonomi pada pijakan lebih kuat untuk menghadapi dampak pandemi. Permintaan yang melonjak, peningkatan dalam kegiatan bisnis terutama sektor jasa, pengeluaran pemerintah dan perdagangan (pada tingkat lebih rendah karena impor naik), menjadi alasan DBS Group Research dalam memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,8% secara tahunan untuk tahun ini," jelas Dia.
Di sisi komoditas, pihak berwenang telah berupaya menyiapkan pasokan cukup untuk pemain domestik di tengah kenaikan tajam harga global, di samping upaya lebih luas untuk meningkatkan nilai komoditas dengan memperluas kehadiran di industri hilir.
"Saat strategi ini dihidupkan kembali, dalam waktu dekat, surplus perdagangan bisa menjadi moderat, karena peningkatan permintaan juga meningkatkan permintaan impor untuk bahan baku dan barang setengah jadi, yang akan membuat neraca transaksi berjalan kembali ke zona merah moderat pada tahun ini," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman