Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Agresi Rusia ke Ukraina, Ini Dampak ke BUMN Indonesia

Agresi Rusia ke Ukraina, Ini Dampak ke BUMN Indonesia Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina berpotensi menyebabkan gangguan terhadap beberapa bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.

Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, serangan yang dilakukan oleh Rusia berpotensi mengganggu beberapa sektor bisnis perusahaan pelat merah di Indonesia.

Baca Juga: Percepat Transisi EBT, Tiga BUMN Ini Keroyokan Bangun Co-firing PLTU

"BUMN khususnya yang sektor energi dan infrastruktur dampaknya lebih ke tidak langsungnya," ujar Heri dalam diskusi virtual, Rabu (2/3/2022).

Heri mengatakan, dampak tersebut tidaklah terjadi secara langsung ke BUMN Indonesia. "Porsi ekspor impor kita ke Rusia dan Ukraina yang memang kecil jadi direct impact-nya relatif kecil dibanding indirect impact-nya," ujarnya. 

Lanjutnya, dampak negatif yang disebabkan secar tidak langsung dari perang tersebut terlihat dari posisi Rusia sebagai penghasil minyak dan gas yang sebagian besar diekspor ke China. 

Setelah itu, kedua bahan mentah tersebut diolah untuk dijadikan input produksi bagi pabrik di negeri tirai bambu. Melihat besarnya porsi ekspor Indoensia ke China, perang tersebut membuat rekan dagang Indonesia terganggu.

"Rusia merupakan negara penghasil minyak dan gas, di mana dia mengekspor minyak dan gas ke China dan di China migas dijadikan input produksi bagi pabrik di China. Namun, karena terganggu, pabrik di China juga nanti sedikit banyak mengalami gangguan sehingga ekspor kita atau perdagangan kita ke China baik ekspor maupun impor itu mengalami gangguan," jelasnya.

Maka dari itu, Indonesia sudah seharusnya mencari alternatif untuk mencari lokasi ekspor maupun impor. Pasalnya, meskipun terlibat secara tidak langsung, Indonesia masih mengandalkan beberapa bahan mentah dari Rusia.

"Kita perlu cari alternatif untul melakukan perdagangan dengan negara yang relatif tidak rawan konflik, kan biasanya negara itu mencari mitra ekonomi yang risiko konfliknya sedikit. Yang risiko konfliknya tinggi hubungannya dikurangi atau tidak terlalu banyak, baik dagang, investasi dst. Karena Rusia ini punya peranan strategis terhadap supply energi dan pangan, dampak tidak langsungnya akan terlihat di situ," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: