Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Co-Founder Qoala Beberkan Seluk-Beluk Bisnisnya, Simak Kunci Suksesnya!

Co-Founder Qoala Beberkan Seluk-Beluk Bisnisnya, Simak Kunci Suksesnya! Kredit Foto: Qoala

Jadi, jenis-jenis risiko ini yang kami kembangkan produk asuransinya supaya dapat melindungi masyarakat terhadap risiko terkait penerbangan. Dan produk-produk ini juga harganya sangat terjangkau, mulai dari puluhan ribu rupiah, pembeliannya dapat dilakukan secara digital dan proses klaimnya itu mudah. Jadi, ini kami sebutnya asset introductory, punya produk yang tujuannya edukasi.

Produk-produk ini bagus untuk education namun sebenarnya tidak cukup untuk dapat melindungi masyarakat, terutama terkait kesehatan, jiwa, kendaraan bermotor, dan properti. Karena perlindungan terhadap kesehatan jiwa dan aset-aset ini yang dapat memberikan perlindungan terhadap dampak finansial yang sangat besar. Keterlambatan penerbangan tidak akan mengubah kehidupan seseorang. Tapi masalah kesehatan, jiwa, kerusakan kendaraan bermotor, dampak finansialnya besar dan bisa mengubah hidup seseorang.

Produk-produk ini yang sangat penting yang akan menjadi next step ketika masyarakat sudah teredukasi, suatu hari mereka akan memilih produk-produk asuransi ini juga. Dan itu juga alasan kenapa kami fokus di produk-produk yang tradisional ini karena menurut kami ini tujuannya memberikan perlindungan yang lebih komprehensif kepada masyarakat. Jadi, memang ada dua fokus sih, pertama edukasi, kedua lebih ke perlindungan yang lebih komprehensif.

Bagaimana strategi Anda ketika mengembangkan Qoala guna memiliki keunggulan yang dapat membuat masyarakat memilih Qoala dibanding insurtech lainnya?

Industri insurtech ini sendiri boleh dibilang sebenarnya potensinya sangat besar sekali karena hampir semua industri itu membutuhkan asuransi, baik dari sisi perbankan, manufacturing, agribisnis, atau penerbangan, dan sebagainya. Semua industri pasti ada suatu risiko sehingga memang potensi asuransi sangat besar. Itu juga alasannya kenapa hari ini Indonesia ada kurang lebih 150 perusahaan asuransi. Jadi, kalau dari sisi insurtech kami melihat potensinya sangat besar di mana ini bukan market yang one winner takes all gitu.

Karena potensinya besar sekali, kami melihat bahwa ini hampir seperti e-commerce, di mana beberapa perusahaan e-commerce besar atau unicorn yang dapat bersama-sama tumbuh di Indonesia, dan kami melihat hal yang serupa di insurtech. Juga terutama karena tantangan utamanya di insurtech tentang pemahaman masyarakat, dengan adanya kompetitor-kompetitor ini atau insurtech yang lain, ini kami juga melihat sebagai sesuatu yang positif. Karena bersama-sama kami mengedukasi masyarakat terkait produk asuransi.

Tapi, balik lagi ke pertanyaan perbedaannya apa sih antara Qoala dan insurtech lain, mungkin fokus utama Qoala adalah satu, kami melihat industri asuransi harus bisa kami selesaikan end-to-end. Bukan cuma terkait pengembangan produk asuransi, namun kami harus bisa melihat dari sisi pelayanannya juga, baik dari sisi penerbitan polis, pembayaran klaim, hal tersebut juga harus bisa kami inovasikan. Jadi, bukan hanya mengembangkan produk, tetapi layanannya juga tidak bagus. 

Terutama dengan segmen masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan platform digital sehingga segala sesuatu harus instan. Kalau saya membeli tiket penerbangan, ya harapannya tiket penerbangannya akan terbit dalam 5-10 detik. Maka industri asuransi juga perlu suatu transformasi dan inovasi teknologi supaya layanannya bisa lebih berbeda. Jadi, itu perbedaan pertama, kami fokusnya end-to-end, bukan cuma distribusi dan pengembangan produk, tapi sampai klaim.

Kedua, dari sisi fokus target segmen kami. Kalau yang kami lihat hari ini, ada beberapa insurtech yang fokusnya ke industri yang kami sebut komersial, contohnya lebih ke memberikan asuransi ke small medium enterprise (SME) atau perusahaan. Contohnya gedung perkantoran, asuransi terhadap lahan pertanian. Jadi, fokusnya memang lebih ke memberikan pelayanan kepada perusahaan. 

Di Qoala sendiri, fokus utama kami di ritel, jadi lebih fokus pemasaran asuransi ke masyarakat Indonesia, kepada individu. Balik lagi dari prinsip Qoala hari ini, tujuan kami hadir di Indonesia adalah untuk meningkatkan adopsi asuransi. Jadi, memang fokusnya harus lebih bisa ke ritel. Dan juga alasannya kenapa ritel ini penting karena ya jujur aja bisnis komersial ini, pelayanan kepada perusahaan-perusahaan ini, sebenarnya sudah dilakukan oleh broker asuransi seperti tradisional. Maka dari sisi kami juga, kami melihat ada keterbatasan teknologi di bagian produk komersial ini. Sedangkan kalau di ritel, potensi inovasinya bisa lebih besar.

Anda barusan menyebut potensi inovasi ritel lebih besar, boleh dielaborasikan lebih lanjut terkait pernyataan itu?

Jadi, mungkin sebagai contohnya akses produk asuransi kepada masyarakat umum hari ini. Ini mungkin balik lagi dari salah satu lini bisnis Qoala yang fokus kerja sama dengan platform digital. Contohnya, dengan e-commerce. Mungkin kalau sebelumnya, masyarakat Indonesia kalau mau membeli produk asuransi biasanya masih ke agen asuransi dan jenis produk asuransinya terbatas. Tetapi, kerja sama dengan platform digital ini, kami sekarang membangun akses kepada produk asuransi yang baru. Jadi, sekarang bisa membeli produk asuransi di Traveloka atau di Tokopedia, Shopee, dan e-commerce lainnya. Jadi, satu, aksesnya sudah terbangun.

Kedua, kami juga mengembangkan produk asuransi yang lebih sesuai di masing-masing platform tersebut. Contohnya, terkait keterlambatan, rescheduling, Covid-19, dan sebagainya. Jadi, secara otomatis jenis produk asuransinya jadi lebih bervariasi. Dan proses penerbitan polis asuransinya lebih instan. Jadi, begitu dibeli di platform tersebut, polisnya bisa terbit langsung.

Baru terakhir dari sisi klaim. Contohnya, untuk keterlambatan penerbangan, kami membangun sistem yang bisa mendeteksi keterlambatan penerbangan. Jadi, secara otomatis begitu pesawat terlambat, tertanggung terlambat, kami bisa memberikan notifikasi kepada mereka melalui WhatsApp untuk menginformasikan bahwa pesawat mereka terlambat dan mereka bisa berhak atas klaim. Jadi, mereka dapat mengajukan klaim dengan mudah. Ini contohnya untuk produk individu.

Tetapi, kalau kami lihat contohnya produk komersial yang perkantoran. Mungkin jenis produk asuransinya itu adalah untuk kebakaran atau gempa bumi. Di kasus ini, peranan teknologi itu sangat terbatas dan juga jumlah pertanggungannya tinggi sekali. Jadi mungkin dari sisi perusahaan asuransi itu lebih make sense untuk mengirim orang untuk menganalisis kerusakan propertinya, melihat kerusakannya seberapa besar. Nah, di sini peranan teknologi kan tidak ada. Sedangkan kalau di contoh yang tadi, produk-produk yang dijual melalui platform digital, itu kami bisa melihat peranan teknologi itu sangat besar, dari depan sampai akhir.

Anda beberapa kali menyebutkan tantangan industri asuransi itu soal minimnya pemahaman masyarakat terkait asuransi. Kalau Qoala sendiri, apa saja tantangan yang dihadapi oleh Qoala dan bagaimana cara Qoala mengatasinya?

Mungkin pada saat kami mulai sekitar empat tahun lalu di 2018, tantangan utamanya insurtech adalah hal yang cukup baru dan pada saat itu mungkin belum banyak perusahaan asuransi yang mengenal insurtech, belum banyak yang memahami potensi venue yang bisa dibawa oleh insurtech. Nah, jadi itu mungkin salah satu tantangan utamanya, bagaimana caranya untuk bekerja sama dengan perusahaan asuransi. Karena perusahaan asuransi di sini memiliki peranan sangat penting karena mereka yang mengembangkan produk asuransi dan manajemen risikonya.

Yang kami lakukan, mungkin di sisi perusahaan asuransi, awalnya kami cuma bekerja sama dengan 1-2 perusahaan asuransi. Karena dari sisi kami, kami melihat bahwa kalau kami bisa mengembangkan inovasi bagus dengan 1-2 perusahaan asuransi, nantinya semua perusahaan asuransi lainnya akan bergabung dengan kami. Jadi, di tahun pertama, di Qoala kami cuma bekerja sama dengan dua perusahaan asuransi. Kami fokus kepada semua pengembangan teknologinya ke dua perusahaan asuransi ini. Sampai di tahun 2022 ini kami sudah ada lebih dari 35 perusahaan asuransi yang sudah bergabung di platformnya kami.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: