Sudah 11 Hari Perang Rusia dan Ukraina Berkecamuk, Pengunsi Ukraina Capai 1,5 Juta Jiwa!
Jumlah pengungsi Ukraina diperkirakan mencapai 1,5 juta orang pada hari ke-11 invasi Rusia pada Minggu (6/3), menurut Komisaris Badan Pengungsi PBB Filippo Grandi.
Selain itu, Moskwa dan Kiev disebut saling menyalahkan rencana gencatan senjata yang gagal, laporan Reuters. Kegagalan itu lantas membuat warga sipil harus keluar dari Mariupol dan Volnovakha, dua kota selatan yang dikepung Rusia.
Baca Juga: Miris, Beda Perlakuan Antara Pengusi Ukraina dan Pengungsi Suriah: Mengapa Kami Tidak Diterima...
Pemerintah Ukraina kini mendesak agar Barat berbuat lebih banyak, termasuk mengirim tambahan senjata dan menambah lebih banyak sanksi ke Rusia.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan kepada CNN bahwa hampir 38.000 orang telah tiba di negara itu dari Ukraina sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari.
Kemudian, Polisi Federal Jerman mendaftarkan 37.786 pengungsi dari negara yang dilanda perang itu pada Minggu, kata seorang juru bicara kementerian dalam negeri kepada CNN.
Namun, mengingat tidak adanya pemeriksaan perbatasan antara Polandia dan Jerman, jumlah sebenarnya orang yang masuk bisa jauh lebih tinggi.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan kepada surat kabar Jerman "Bild am Sonntag" bahwa Jerman akan menampung pengungsi yang melarikan diri dari perang di Ukraina tidak peduli apa kewarganegaraan mereka.
"Kami ingin menyelamatkan nyawa. Itu tidak tergantung pada paspor," kata Faeser kepada surat kabar Jerman.
Perundingan 'ronde ketiga' untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina akan digelar pada Senin (7/3) besok.
Hal itu diumumkan dalam sebuah postingan Facebook pada Sabtu (5/3) oleh perunding Ukraina, David Arakhamia. Namun, seperti diwartakan Reuters melalui CNA, dalam unggahan itu, Arakhamia tidak memberikan rincian soal perundingan lebih lanjut.
Baca Juga: Presiden Ukraina Jadi Incaran Pasukan Elite Rusia, SAS dan Navy Seals Siap-siap!
"Pembicaraan putaran ketiga akan berlangsung pada hari Senin," tulis Arakhamia, yang juga ketua faksi parlemen dari partai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar