Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asia Tenggara Dapat Peringatan, Pakar Kuak Dampak Perang Rusia Bikin Krisis Myanmar...

Asia Tenggara Dapat Peringatan, Pakar Kuak Dampak Perang Rusia Bikin Krisis Myanmar... Para pengunjuk rasa berbaris dengan spanduk mendukung pemerintah persatuan nasional oposisi Myanmar pada hari Sabtu 8 Mei. | Kredit Foto: Getty Images/AFP/Kachinwaves
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar Hubungan Internasional Synergy Policies Marzuki Darusman menilai konflik Rusia-Ukraina yang terjadi saat ini dapat mempengaruhi Myanmar dalam mengimplementasikan Konsensus Lima Poin (Five-Point Consensus).

Marzuki, dalam diskusi daring yang bertajuk “Speaking-Up: ASEAN Reactions to the Ukraine Crisis” di Jakarta, Selasa malam, menyebutkan tiga dampak yang berpotensi mempengaruhi situasi politik di wilayah Asia Tenggara, yakni pertama hubungan antara junta Myanmar dengan Rusia.

Baca Juga: IMF Bikin Kejutan, Munculkan Wacana Pendanaan 1,4 Miliar Dolar AS untuk Ukraina

“Dampak dari krisis ini dapat memperkuat junta di Myanmar yang saat ini bisa memasuki ruang antara Barat dan Timur dan memiliki peran di politik global,” katanya.

Karena itu, lanjut dia, junta akan mendapatkan kepercayaan diri akan posisinya di Myanmar yang dapat memicu masuknya pasukan dari luar ke dalam konflik internal.

“Kedua, Junta Myanmar dapat mempengaruhi hubungan antarnegara ASEAN dan berdampak pada implementasi Konsensus Lima Poin,” katanya.

Ketiga, krisis di Myanmar akan berkepanjangan, sehingga dibutuhkan kewaspadaan dari seluruh negara anggota ASEAN untuk menggencarkan proses dan resolusi perdamaian. 

Marzuki mengatakan Junta Myanmar sudah menyatakan sikapnya yang terang-terangan membela Rusia dalam konflik dengan Ukraina. Dalam pernyataannya, Junta Myanmar berterima kasih kepada Rusia karena menjadikannya saat ini sebagai angkatan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.

Kemudian, Junta Myanmar juga menjustifikasi serangan Rusia lantaran negara itu merupakan negara adikuasa (superpower). 

“Saya boleh bilang ini bukan suatu pernyataan seperti negara ASEAN. Kami tidak menglorifikasi superpower. ASEAN sudah meraih pencapaian luar biasa 50 tahun perdamaian,” ujar mantan Ketua Misi Pencari Fakta Independen tentang Myanmar itu.

Dalam kesempatan sama, pakar Politik Luar Negeri Universitas Pertahanan Indonesia Makarim Wibisono mengatakan di antara anggota ASEAN terdapat perbedaan pandangan terkait konflik Rusia-Ukraina yang harus menjadi perhatian.

“Singapura sudah menyatakan posisinya untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, sementara itu Junta Myanmar mendukung Rusia. Vietnam menginginkan adanya dialog. Indonesia, Malaysia dan Filipina mendukung adanya resolusi,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: