Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Makjleb! Analis Bongkar Habis 5 Alasan Rusia Sulit Taklukkan Militer Ukraina

Makjleb! Analis Bongkar Habis 5 Alasan Rusia Sulit Taklukkan Militer Ukraina Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ] | Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Moskow -

Sudah 2 minggu invasi berlangsung, namun Rusia belum mampu menaklukkan Ukraina. Tentara dan milisi bahu-membahu menahan laju pasukan musuh.

Analis mengatakan kinerja pasukan Ukraina melawan tentara Rusia yang jauh lebih unggul telah didorong oleh kombinasi persiapan yang baik, solidaritas nasional dan kesalahan Rusia.

Baca Juga: Ngeri! Setelah Perang Rusia-Ukraina, Intelijen AS Sebut China Berpotensi Serang Taiwan

Dilansir dari AFP, ada 5 alasan yang membuat Ukraina belum juga bisa ditaklukan Rusia.

Persiapan

Ukraina, dengan bantuan Barat, secara substansial memperkuat angkatan bersenjatanya setelah 2014 ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea.

Pada tahun 2016, NATO dan Kyiv memulai program pelatihan untuk pasukan khusus Ukraina, yang kini berjumlah 2.000 orang dan telah dapat membantu sukarelawan sipil.

"Warga Ukraina telah menghabiskan delapan tahun terakhir untuk merencanakan, melatih, dan memperlengkapi diri mereka untuk melawan pendudukan Rusia," kata Douglas London, asisten profesor di Universitas Georgetown.

Seorang veteran CIA menyebut Ukraina sadar AS dan NATO memang tidak akan datang untuk menyelamatkannya di medan perang.

Karenanya,  strategi Ukraina telah difokuskan untuk “melukai  Moskow”  sehingga membuat pendudukan tidak dapat dipertahankan.

Pengetahuan lokal

Rusia, tampaknya telah meremehkan keuntungan wilayah kandang pasukan Ukraina.

Ini termasuk pengetahuan tentang medan - pada saat tahun ketika trek bisa berubah menjadi lumpur - dan kapasitas penduduk setempat untuk mengangkat senjata melawan pasukan invasi.

Spencer Meredith, profesor di College of International Security Affairs menyebut, dalam skenario perang tidak teratur seperti itu, pasukan yang lebih lemah dapat memaksimalkan keuntungan yang mereka miliki atas lawan mereka yang lebih kuat

Hal tersebut termasuk euntungan medan, pengetahuan lokal, dan hubungan sosial.

Tantangan akan meningkat lebih lanjut jika pertempuran perkotaan berkembang ketika Rusia berusaha untuk menembus ke dalam kota-kota seperti Kyiv.

"Itu mengubah segalanya. Rusia akan mendapat masalah di setiap sudut jalan, gedung demi gedung," kata sumber militer Prancis.

Solidaritas

Dipimpin oleh Presiden Volodymyr Zelenskiy, yang tetap tinggal di Kyiv meskipun berisiko terbunuh, Ukraina telah menunjukkan ketahanan terdalam dalam kesulitan.

Warga biasa telah mengajukan diri untuk garis depan setelah memasitikankeluarga mereka mengungsi dengan aman menuju negara tetangga.

Gambar yang beredar online menunjukkan orang-orang biasa membuat bom molotov atau petani menarik kendaraaan militer Rusia yang ditinggalkan operatornya.

“Ukraina tidak punya pilihan lain selain untuk lebih meningkatkan kapasitas perang gesekan dengan pelatihan cepat pasukan teritorial dan penggunaan persenjataan ringan," kata pensiunan kolonel Prancis Michel Goya.

Kesalahan strategis

Analis militer mengatakan Rusia membuat kesalahan strategis pada hari-hari awal invasi setelah diluncurkan pada 24 Februari.

Negara itu dikatakan  mengirimkan terlalu sedikit pasukan darat pada fase awal dan gagal membuat angkatan darat dan udara bekerja bersama-sama.

Tampaknya Moskow berharap untuk mencapai keberhasilan militer dalam beberapa hari.

"Awalnya mereka pikir mereka bisa memperkenalkan unit dengan sangat cepat ke ibukota Kyiv ... Tapi sejak awal mereka mengalami kerugian," kata Michael Kofman, direktur Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut di AS.

Ketakutan psikologis

Rusia telah membunyikan bel alarm di seluruh dunia dengan menempatkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina selama beberapa pekan terakhir.

Tetapi ada kemungkinan bahwa hanya sedikit tentara yang tahu bahwa mereka akan dikirim berperang ke Ukraina.

Semangat pasukan makin luntur ketika informasi tewasnya perwira Rusia, yang menjadi  tanda bahwa elite militer merasa terdorong untuk mengunjungi garis depan.

Tom Pepinsky, rekan senior non-residen di Brookings Institution, mengatakan bukti sejauh ini menunjukkan bahwa perlakuan Ukraina terhadap tawanan perang Rusia bisa menjadi lebih keras karena penjajah semakin mendesak ke negara itu.

"Perlawanan Ukraina akan paling efektif jika Rusia gelisah, tidak bisa tidur, dan cenderung bereaksi berlebihan," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: