Keluarga Rusia Terpecah Belah Gegara Perang di Ukraina, Berantem Tiap Hari hingga Blokir-blokiran
Satu dasawarsa terakhir warga Indonesia akrab dengan fenomena keluarga bertengkar, bahkan sampai terpecah belah karena perbedaan pandangan politik.
Sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi terhadap Ukraina bulan lalu, kegilaan yang sama mulai menjangkiti keluarga-keluarga di Rusia.
Baca Juga: Makjleb! Analis Bongkar Habis 5 Alasan Rusia Sulit Taklukkan Militer Ukraina
Ketika aktor Rusia Jean-Michel Scherbak mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan militer Rusia di Ukraina, dia langsung diblokir di media sosial oleh ibunya.
Loyalitas sang ibu kepada Presiden Vladimir Putin tampaknya melebihi rasa sayangnya bagi putra sendiri.
"Dia mengirimi saya pesan di Facebook yang mengatakan bahwa saya adalah pengkhianat dan bahwa saya telah membuat pilihan saya," Scherbak, 30, seorang aktor dan kepala hubungan pers sebuah rumah produksi, mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
Perselisihan antara ibu dan anak selama perang di Ukraina adalah salah satu dari banyak cerita tentang bangaimana perintah Vladimir Putin pada 24 Februari lalu telah memecah masyarakat Rusia.
Ukraina dan sekutunya menyebut tindakan Rusia sebagai invasi brutal yang telah menewaskan ratusan warga sipil.
Blok apartemen telah menjadi puing-puing, kota-kota telah dievakuasi dan hampir 2 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara itu. Kyiv menuduh Moskow melakukan kejahatan perang.
Putin mengatakan Rusia meluncurkan operasi khusus untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menyapu bersih kelompok Nazi yang diklaimnya sudah menguasai Kyiv. Rusia membantah telah menarget warga sipil.
Media Rusia dan internasional meliput konflik dengan sangat berbeda. Sebagian besar orang Rusia mendapatkan berita tentang Ukraina dari media pro-Kremlin, yang menyajikan interpretasi yang sangat berbeda tentang apa yang terjadi pada orang lain.
Badan polling negara Rusia VTsIOM mengatakan peringkat persetujuan Putin telah meningkat 6 poin persentase menjadi 70% dalam seminggu hingga 27 Februari. FOM, yang menyediakan penelitian untuk Kremlin, mengatakan peringkatnya telah meningkat 7 poin persentase menjadi 71% pada periode yang sama.
Tetapi ribuan orang Rusia juga telah turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang perang. Menurut kelompok pemantau protes OVD-Info, polisi telah menahan lebih dari 13.000 orang dalam protes anti-perang di Rusia sejak 24 Februari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto