Apalagi saat ini ketika harga migas dunia melonjak akibat perang Rusia-Ukraina yang menembus angka USD140 per barel. Kita tidak ingin harga solar bersubsidi yang stabil ini terganggu karena kekurangan pasokan CPO untuk biofuel, yang ujung-ujungnya akan merugikan masyarakat.
Baca Juga: Relawan Minta Anies Jadi Presiden 2024 Biar Urus Minyak Goreng
Di tengah kelangkaan migor nasional akhir-akhir ini, yang penting dilakukan Pemerintah adalah memastikan, bahwa 20 persen yang sekarang naik menjadi 30 persen CPO DMO (Domestic Market Obligation) dari kuota ekspor yang didedikasikan untuk industri migor dipenuhi dan mengalir baik, sehingga produsen migor tidak kekurangan pasokan CPO DMO. Soal ini yang terutama dikeluhkan pihak industri, bahkan menyebabkan enam produsen migor tutup.
Untuk diketahui produksi CPO kita pada tahun 2021 sebesar 51,3 juta ton. Untuk ekspor sebesar 34,2 juta ton (66 persen dari produksi). Untuk kebutuhan pasar domestik sebesar 17,8 juta ton (34 persen dari produksi), dimana untuk minyak goreng, industri dan biodiesel masing-masing sebesar 9,3 juta ton (52 persen dari konsumsi), 2.0 juta ton (11 persen dari konsumsi) dan 6,6 juta ton (37 persen dari konsumsi).
Pada tahun 2022, Kementerian ESDM menetapkan alokasi BBN jenis Biodiesel sebesar 10,15 juta kiloliter. Angka ini naik dari alokasi tahun 2021 yang berada di posisi 9,4 juta kiloliter. Kapasitas terpasang produksi biodiesel saat ini sebesar 14,5 juta kiloliter. Perkiraan dana pembiayaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) tahun 2022 sebesar Rp35,41 triliun. Program B30 ini telah berjalan sejak 1 Januari 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: